"Memalukan! Bi-Blood seperti kalian seharusnya tidak dibiarkan hidup," maki Stev sudah terlalu kesal dengan dua vampir Bi-Blood di hadapannya.
Seketika, senyum devil yang sedari tadi Frederick pamerkan itu hilang dari wajahnya, digantikan oleh tatapan penuh amarah dengan mulut sedikit terbuka, memamerkan gigi taringannya yang mengkilap diterpa sinar Matahari yang berusaha masuk dicelah atap kantin yang berlubang, walau tak terlalu besar, lubang kecil itu tetap bisa menerobos masuk.
"Kubunuh kau!" maki Frederick, menatap Stev penuh amarah, mengepal kuat-kuat kedua telapak tangannya.
Stev tersenyum miring kala melihat Frederick yang merubah posisi duduknya menjadi berdiri, aura gelapnya mulai terlihat, tak terlalu jelas, tapi sudah cukup membuat Stev tanpa sadar mengernyitkan dahinya. Walau bagaimanapun juga Stev hanyalah vampir A-Blood, tentu akan sangat mudah dikalahkan oleh Frederick. Tidak cuma itu saja, Frederick itu anak tunggal dari rajanya para vampir, itu artinya dia juga memiliki kekuatan yang bahkan tidak dimiliki oleh vampir lain, baik itu A-Blood maupun Bi-Blood. Tetapi, Stev tidak mau terlihat ketakutan karena bagi Stev jika lawannya terlalu berat, hal yang akan dilakukannya adalah meremehkan sang Lawan.
Di belakang Stev berdiri, Zoya masih mematung di tempatnya sambil menyimak pembicaraan para vampir yang ada di dekatnya. Jujur, Zoya ketakutan saat ini, tapi dengan adanya Stev dan Arjune, rasa takut itu sedikit memudar. Walau Zoya akui rasa takut itu tak sepenuhnya menghilang.
"Sebelumnya, aku penasaran bagaimana kau bisa hidup sampai sekarang? Aku pikir setelah 'peperangan besar itu', semua A-Blood telah punah, tapi ternyata kau masih ada sampai sekarang. Bagaimana bisa?" tanya Frederick, mencoba menahan amarahnya sebisa mungkin.
"Bukan urusanmu," jawab Stev geram.
"Huh! Kuberi kau waktu dua hari, kumpulkan kekuatanmu untuk melawanku. Sepertinya kau hanya perlu mengumpulkan keberanian untuk menghadapi malaikat mautmu dua hari lagi." Frederick menyeret tangan Maura yang duduk di sampingnya, kemudian berlalu dari dalam kantin.
Kini, Ibu Kantin yang tadi asyik mengaduk nasi goreng pun telah tersadar dan seperti kebingungan dengan apa yang baru saja dilakukannya, Ibu Kantin tampak lebih terkejut lagi kala melihat hanya ada tiga murid saja dalam kantin ini, padahal biasanya di jam istirahat seperti ini akan banyak murid-murid yang datang.
"Apa maksud Erick? Dia akan membunuhmu? Dua hari lagi?" tanya Arjune terlihat panik.
Stev tampak lebih panik daripada Arjune, seharusnya Stev tidak ikut campur dengan urusan Frederick karena hanya akan membuat nyawanya terancam.
"A--apa itu benar? Dia akan membunuhmu?" tanya Zoya juga dengan suara bergetar.
Stev memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka, posisi Ibu Kantin yang jauh dari mereka pun tentu tidak dapat mendengarnya, Stev yakin itu.
"Tenanglah! Tidak akan terjadi apa-apa, aku yang akan membunuhnya sebelum dia membunuhku," kata Stev yang sebenarnya hanya asal bicara untuk menenangkan dua temannya.
"Jangan berlagak seolah-olah kau baik-baik saja sekarang! Kau gemetaran, Stev ... aku tidak lupa kalau Erick itu adalah vampir Bi-Blood, itu artinya dia jauh lebih kuat darimu dan sepertinya dia punya pasukan. Kalau begini, kau benar-benar akan mati." Arjune berkata lirih, tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
"Akan kupikirkan caranya. Kalau aku mati, Zoya dalam bahaya," kata Stev terlihat putus asa.
"Aku? Kenapa aku? Bagaimana dengan yang lain?" tanya Zoya tampak lebih panik dari yang sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampireMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.