Part 14

131 34 6
                                    

💎Happy reading💎

****

Maura berjalan pelan ke kelasnya, dengan sesekali tersenyum ke setiap orang yang dilaluinya, baik yang berdiri, duduk, berjalan, semuanya Maura beri senyuman manisnya. Senyumnya yang manis, dengan gigi kecil-kecil dan sedikit runcing, ditambah lesung pipi samar di sebelah kiri membuat Maura terlihat anggun saat tersenyum, membuat setiap orang yang disenyumi Maura ikut membalas senyum Maura tanpa terkecuali.

Maura tiba di kelas XII IPS3 yang menjadi tempatnya menuntut ilmu hampir satu tahun belakangan ini. Saat Maura bergerak masuk, di sudut ruangan paling belakang tampak laki-laki berkulit putih duduk dengan mata fokus menatap Maura yang baru memasuki kelas, posisinya bersandar pada dinding, sementara sandaran kursi dijadikan tempat tangannya bertengger. Kursi itu, kursi yang biasa Maura duduki.

"Kau menemukannya?" tanya Frederick, laki-laki yang duduk di kursi Maura.

"Tidak, Yang Mulia ... ah! Aku pikir benar Zoya orangnya, tapi aku sudah menjabat tangannya tadi. Ternyata memang bukan dia," Maura menarik napas gusar, kemudian duduk di atas mejanya.

Suasana kelas yang lengang membuat setiap kata yang Maura lantunkan terdengar begitu jelas, entah suara itu sampai ke luar kelas atau tidak, yang jelas dalam ruangan lengang ini suaranya terdengar sangat jelas.

Frederick berdiri dari duduknya, kemudian mencengkeram kuat leher Maura yang ada di hadapannya, tak lupa gertakan giginya terdengar jelas seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Kuku yang semula pendek itu berubah memanjang dan menusuk leher jenjang Maura, bersamaan dengan itu urat-urat di tangan dan wajah Frederick mulai terlihat jelas, ditambah dengan sorot mata tajam penuh amarah, mata yang merah seperti warna darah.

"Ughh!" erang Maura kala kuku panjang Frederick menancap di leher jenjangnya.

"Sudah kubilang 'kan. Jangan memanggilku seperti itu di sekolah!" peringat Frederick, memamerkan taringnya yang panjang kepada Maura.

"Ughh ... maaf, ta--tapi tidak ada orang di sini," ujar Maura membela diri.

"Biarpun di sini tidak ada orang, tapi di luar sana, orang-orang bisa mendengarnya."

"Turunkan tanganmu dari leherku! Rasanya sakit," titah Maura sambil berusaha menurunkan tangan Frederick yang mencengkeram kuat lehernya.

Tiba-tiba dari arah pintu yang tadi sedikit tertutup, muncul seorang murid laki-laki yang memang salah satu murid kelas XII IPS3 ini. Namanya Riko, laki-laki berambut ikal itu sontak menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kala matanya tertuju pada Frederick dan Maura di sudut kelas bagian belakang.

Frederick memperhatikan Riko dari sudut matanya, detik berikutnya langsung menarik Maura ke dalam pelukannya. Tangan yang tadi mencengkeram leher Maura, kini berpindah tempat, merengkuh kepala bagian belakang Maura agar semakin dekat dengannya, membenamkan wajah gadis itu di dadanya yang bidang. Kuku yang tadi memanjang, kini kembali menyusut dalam sekejap. Urat yang terlihat jelas pada bagian tangan dan wajah, kini juga sudah menghilang, begitu pula dengan taring yang tadi memanjang pun sudah menghilang bersamaan dengan terkatup rapatnya bibir Frederick.

"Cih ... kalau pacaran itu jangan di kelas. Cari tempat yang lain saja!" gertak Riko kesal melihat Frederick dan Maura yang dalam posisi berpelukan. Ini bukan pertama kalinya Riko melihat mereka berdua saja di dalam kelas seperti ini, sudah sering Riko memergoki mereka berduaan saja, tapi ini kali pertama mereka terlihat sedang berpelukan.

Frederick menaikkan satu alisnya, kemudian merenggangkan pelukannya pada Maura. Dia beralih merangkul Maura dengan mesra, kemudian menatap tajam ke arah Riko yang bersedekap di depan kelas.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang