Part 04

161 54 12
                                    

💎Happy reading💎

Zoya terkesiap mendengar teriakan Arjune yang menggema dalam mobil. "Ah ... maaf! Aku membuatmu tidak fokus, ya."

Arjune memijat pelipisnya. "Tidak ... aku yang minta maaf, aku sudah berteriak begitu tanpa sadar."

Zoya hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataan Arjune, mencoba mengerti kondisi Arjune yang terlihat sedang banyak pikiran. Selama ini Arjune selalu baik kepada Zoya, jadi tidak mungkin Zoya tersinggung hanya karena Arjune yang berteriak kepadanya.

Saat sampai di sekolah, tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka bertiga. Semuanya memilih bungkam sambil berjalan beriringan ke kelas.

Suasana kelas masih sepi karena hari masih terlalu pagi. Arjune meletakkan tas di atas meja, kemudian menarik paksa tangan Stev yang sepertinya hendak duduk.

Stev menatap Arjune heran, kemudian menatap Zoya yang sedang memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.

"Anterin aku ke toilet!" kata Arjune mencoba bersikap biasa karena Zoya sedang menatapnya kali ini.

"Baik." Stev mengikuti Arjune yang berjalan cepat keluar kelas dan mengabaikan Zoya yang sepertinya ingin bertanya sesuatu.

Arjune berjalan cepat ke toilet laki-laki. Tangannya terlihat bergetar, entah karena masih syok mendapat kabar dari Zoya atau mungkin karena amarah yang sudah meluap sampai ke ubun-ubun.

"Kau yang melakukannya?!" tanya Arjune dengan nada tinggi setelah sebelumnya menutup rapat pintu toilet.

"Tidak," jawab Stev terdengar santai.

"Tidak? Cih ... tadi malam kau meminta izin untuk mencari makan 'kan? Kau masih mau mengelak?!" teriak Arjune mulai kehilangan kendali.

Stev tidak menjawab, hanya menatap Arjune sambil sedikit mengerutkan dahinya.

Arjune menarik napas dalam-dalam, kemudian melayangkan pukulan berat ke wajah Stev yang terlihat begitu santai, padahal Arjune hampir jantungan mendengar berita itu karena menghawatirkan Stev, tapi yang dikhawatirkan malah terlihat santai, membuat Arjune geram saja.

Seketika darah segar mengucur dari sudut bibir Stev yang tadi dipukul Arjune. Stev buru-buru mengelap darah yang mengalir dari sudut bibir merahnya. Terlihat jelas bibir Stev sobek karena saat terkena pukulan Arjune, bibir Stev bertubrukan dengan giginya yang sedikit runcing. Tapi, perlahan-lahan luka di bibir Stev kembali bertaut dan tidak menyisakan bekas luka sedikit pun.

"Tidak katamu? Bagaimana kalau kau ketahuan?! Kau tidak memikirkan aku?! Kalau kau tertangkap maka mereka akan mencariku. Kau tau kenapa?!" Arjune benar-benar kehilangan kendali saat ini.

"Tidak tahu," jawab Stev.

Arjune menggertakkan giginya, kesal melihat Stev yang terlihat sangat tenang dalam kondisi mencekam seperti ini.

"Jelas-jelas aku bilang kau adalah sepupuku. Guru-guru juga sudah banyak yang tahu kalau kita sepupuan, walau itu bohong. Itu artinya, kalau kau ketahuan sebagai vampir maka mereka juga akan menganggapku vampir sama sepertimu," jelas Arjune dengan sorot mata penuh amarah.

"Tapi, bukan aku," kata Stev mencoba membela diri.

Arjune memicingkan matanya, kemudian membuka pintu toilet dan sesegera mungkin menuju kelas. Kalau di kelas, Arjune akan lebih tenang karena tidak mungkin mengamuk kepada Stev kalau ada orang lain di sekitar mereka. Terlebih lagi, di kelas ada Zoya, selama ini Zoya selalu berhasil dalam menenangkan Arjune kalau sedang marah.

Zoya melempar senyum ke arah Arjune dan Stev yang baru saja kembali ke kelas, tapi senyuman itu tidak berlangsung lama saat melihat wajah Arjune yang memucat.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang