Epilog

163 35 25
                                    

💎Happy reading💎

Di tengah derasnya guyuran hujan yang menghantam permukaan bumi, Arjune berjalan gontai di trotoar yang lengang. Matanya tak bisa menyembunyikan betapa ia sedang dilanda keputus-asaan, tak ada lagi arah yang bisa ia tuju. Semua menjadi kelabu kala luka itu terpampang jelas di punggung tangan kanannya, rasanya perih, tapi tak lebih perih dari luka yang Arjune rasakan dalam hatinya, sesaknya mampu membuat Arjune seolah kehilangan saparuh jiwanya. Lelaki itu berjalan bersama air mata yang sedari tadi mengucur deras yang tersamarkan oleh air hujan yang jatuh menimpa wajahnya, sebab hadirnya air mata itu bukan karena luka-luka pada tubuhnya, tapi karena hilangnya arah yang ia tuju. Lelaki itu tak tahu lagi harus melangkah ke mana, mencari sosok Stev yang sama sekali Arjune tak ingin dirinya kenapa-kenapa, begitu pun dengan Zoya, perempuan yang juga menjadi tujuan Arjune menjauhkan dirinya dari rumah.

Motor yang tadi sempat membentur keras trotoar jalan itu ia biarkan begitu saja, diterpa derasnya hujan dalam keadaan tergeletak begitu saja. Arjune sudah terlalu kalut untuk mempedulikan motornya, ia lebih memilih berjalan, mengikuti hati nurani yang menuntun kakinya melangkah entah ke mana.

Sampai suara yang memekakkan telinga itu membuat Arjune tersadar dari keputus-asaan yang memeluknya erat. Arjune tahu suara yan memekakkan telinga, yang berupa ledakan itu tak jauh dari posisinya saat ini. Arjune mengedipkan matanya, sebelum meyakinkan dirinya untuk mengikuti sumber suara, membiarkan dirinya terseret lebih jauh dari jalanan.

Suara ledakan itu tak terjadi di tepi jalan atau tempat-tempat yang biasa dipenuhi banyak orang, suara itu terjadi di sebuah tempat tumbuhnya batang-batang pohon yang tak terlalu tinggi, tak bisa disebut hutan karena luasnya yang tak seberapa dan Arjune yakin tempat ini bukan tempat yang biasa manusia tapaki, tempat ini lebih seperti tempat-tempat terlarang yang mungkin saja bisa menghilangkan nyawa jika ada orang-orang tak berkepentingan memasuki wilayah ini, seperti yang Arjune lakukan saat ini. Tapi, Arjune benar-benar tak mau peduli jika saja di sini ia akan dihadapkan kepada situasi yang berbahaya karena hati Arjune berkata ia harus mendatangi tempat ini.

Arjune membulatkan matanya sempurna, kala pekat matanya menangkap bayangan yang terlelap di bawah derasnya air hujan, menjadikan rerumputan liar itu sebagai tempatnya berbaring. Tidak, orang itu tak sedang tertidur, seseorang yang Arjune yakini berjenis kelamin perempuan itu sama sekali tak bergerak. Mungkinkah orang itu mati?

Arjune memperhatikan sekeliling, tak ada bekas ledakan yang ia perkirakan akan ada, suasananya sangat tenang, benar-benar seperti tak pernah ada ledakan apa-apa di sini. Apa Arjune menuju lokasi yang salah? Lokasi yang memang tak pernah terjadi apa-apa di sini. Lalu, siapa gadis yang tengah terbaring tak bergerak di atas rerumputan liar itu? Kenapa gadis itu berada di tempat yang seperti tak pernah dijajah manusia ini? Tak mau menduga-duga terlalu lama, Arjune memutuskan untuk berjongkok, membuat matanya bisa melihat lebih jelas sosok yang kini terbaring di sana.

"Zoya?" Arjune hampir kehilangan keseimbangannya kala melihat dengan jelas wajah yang tertutup rambut di hadapannya.

Arjune mengangkat tubuh yang tak bergerak itu, kemudian membawanya dalam dekapan. "Hei, bangunlah! Apa yang terjadi?" Pertanyaan konyol yang tak akan bisa dijawab oleh seseorang yang tak sadarkan diri itu terlontar begitu saja, iramanya terdengar datar.

Arjune meletakkan tubuh itu di atas pahanya yang basah, kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya ke depan agar wajah Zoya terlindungi dari rintik hujan yang tak kunjung berkesudahan.

"Bangunlah, Zoy! Kumohon, bangunlah!"

Arjune berniat membawa tubuh Zoya menjauh dari tempat aneh ini, tapi ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, seperti ada sesuatu yang ia lupakan, tapi entah apa. Arjune seperti tak mau meninggalkan tempat aneh ini, raganya seolah ditarik paksa agar tak meninggalkan tempat ini, tapi seorang dalam pangkuannya menyadarkannya bahwa gadis itu harus segera dibawa ke rumah sakit.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang