Part 21

107 28 0
                                    

Stev dan Arjune sedang membahas satu hal yang sangat penting dan bersifat sedikit rahasia, mungkin. Mereka membahasnya di dalam kamar Arjune dengan pintu yang terkunci rapat, seolah tak mengizinkan siapa pun memasuki kamar itu. Kamar dengan cat bernuansa putih bersih ini cukup luas untuk dijadikan kamar, tapi memang kamar dirumah Arjune semuanya, tak terkecuali memang memiliki luas yang sama, terlalu luas untuk ditempatkan oleh satu orang.

Sementara Zoya, memang Arjune tak membiarkannya tinggal sendirian, terlalu beresiko karena mengingat bahaya yang ada di luar sana yang mungkin bisa mencelakakan Zoya kapan saja, Arjune tidak ingin membiarkan Zoya sendirian, jadi Zoya masih menginap di rumah Arjune. Dia sedang menyendiri di dalam kamar yang sengaja Arjune siapkan untuknya beberapa minggu lalu, pikirannya menerawang entah ke mana, tapi tentu masih sekitar mempertanyakan siapa dirinya sebenarnya, orang tuanya, dan kisah dibalik bagaimana orang tuanya bisa bersama. Zoya terlalu takut untuk mempercayai bahwa salah satu orang tuanya adalah vampir dan lebih takut lagi saat tahu kebenaran bahwa dirinya bukanlah sepenuhnya manusia, melainkan manusia setengah vampir yang juga memiliki darah istimewa seperti yang Stev jelaskan kepadanya tadi saat di sekolah.

Zoya yakin saat dulu, di mana kejadian beberapa tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya---kebakaran--- itu bukanlah sebuah kecelakaan, tapi keharusan. Sebuah kewajiban bagi mereka mengakhiri hidup, atau lebih tepatnya mengorbankan hidup mereka untuk Zoya, agar Zoya bisa tetap hidup menjadi orang yang berguna kelak.

Zoya sadar akan dirinya yang bahkan tidak pernah sakit, atau mungkin sangat jarang sakit. Jika pun tubuhnya terluka, rasanya sangat mudah bagi trombosit Zoya untuk kembali menutup luka itu, walau kadang lukanya tak bisa dibilang kecil, tapi tetap saja tingkat kesembuhan Zoya lebih cepat dari orang biasa. Kala itu Zoya hanya berpikir dirinya memang memiliki antibody yang kuat dan tidak mudah jatuh sakit, begitu pula dengan luka ditubuhnya, Zoya berpikir itu terjadi hanya semata karena trombosit-nya aktif bekerja, mungkin karena faktor makanan yang dia konsumsi setiap hari. Tapi, tentu semua itu tak luput dari kenyataan bahwa dirinya bukan seutuhnya manusia, ada sel vampir dalam dirinya yang selama ini tak pernah disadarinya sama sekali. Bahkan, tak pernah terpikirkan akan dirinya yang memiliki sel vampir dalam tubuhnya.

Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya memang itu kenyataan yang ada membuat kepala Zoya terasa sakit, air mata yang entah sejak kapan pun menambah kekomplitan sakit yang Zoya rasakan. Dia merindukan kedua orang tuanya, tak peduli siapa pun mereka, vampir atau hanya manusia biasa. Zoya menyayangi mereka berdua. Orang tua itu pulalah yang telah mengorbankan nyawanya agar Zoya bisa bertahan hidup, bagaimana mungkin Zoya tak merindukan mereka?

Dari luar kamar Zoya atau kamar yang sedang Zoya tempati, dia mendengar sayup-sayup langkah kaki. Zoya yakin langkah kaki itu menuju pintu utama rumah ini, mungkin pemilik derap langkah yang terdengar itu adalah Stev atau Arjune yang hendak ke luar mencari sesuatu atau hanya sekedar menikmati dinginnya angin malam.

Pemilik derap langkah itu tak lain adalah Arjune, dia baru saja kembali dari dapur, hanya sekedar untuk meminum air agar rasa dahaganya menghilang. Tapi, tentu Arjune tak kembali ke kamarnya setelah itu. Dia pergi meninggalkan rumah, mencari sesuatu yang mungkin sangat penting baginya. Entahlah.

Arjune menyusuri jalanan Ibu Kota yang macet menggunakan mobil hitam miliknya, walau sudah malam, tentu suasana di jalan tidak segelap itu. Banyak lampu yang menerangi jalanan dan lampu-lampu kendaran yang menambah penerang di jalan itu. Arjune mengendarai mobilnya tanpa tujuan, membiarkan dirinya terseret ke sebuah jalanan yang tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu lalang, atau lebih tepatnya hampir tidak ada kendaraan selain mobil yang Arjune kendarai.

Arjune memarkirkan mobilnya begitu saja di sisi jalan, mematikan mesin mobil sebelum dia keluar dari dalam mobil, hanya sekedar untuk duduk di sebuah halte bis yang bahkan tidak ada satu orang pun di sana. Mungkin karena hari yang sudah mulai larut, membuat suasana di sana begitu sunyi atau mungkin memang di sana selalu sunyi. Entah apa yang Arjune lakukan dalam kegelapan itu sendirian, termenung seperti memikirkan beban berat yang selama ini dihadapinya. Tatapanya kosong, menatap lurus mobilnya yang terparkir tepat di depannya.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang