💎Happy reading💎
Stev berjalan pelan menelusuri ruangan besar yang membuat dadanya terasa sesak itu. Ingatan Stev masih melayang bagaimana dulu vampir-vampir tak berperasaan itu menjadikannya seperti mereka, memaksanya meminum darah yang menjijikkan, hingga ia harus menelan pahitnya cairan kental itu.
Ruangan yang sedikit rahasia itu menjadi tujuan Stev kali ini, tak terlalu jauh dari ruang utama, di depan pintunya jelas terlihat ada tiga orang--mungkin vampir yang berjaga-jaga di sana. Semuanya berpenampilan sama, sama-sama berpakaian serba hitam dengan kepala tertutup sempurna oleh tudung jubah yang mereka pakai. Walau wajahnya tak terlihat begitu jelas, Stev bisa merasakan kekejaman dari mata sepekat darah itu.
Stev sama sekali tak mengeluarkan suara kala tiga pasang mata merah itu menatap tak bersahabat ke arahnya. Dari balik punggung Stev seolah mengeluarkan aura yang berbeda, aura membunuh jelas terpancar di sana.
Stev melayang cepat di udarah sambil merentangkan kuku-kuku tajamnya ke depan, siap mencakar apa saja yang menghalanginya. Dalam hitungan detik, dua di antara mereka langsung terkapar dengan leher tercabik dan mengeluarkan darah segar, mengalir tanpa hambatan.
Satu yang tertinggal di antara mereka langsung menyerang Stev tanpa aba-aba. Stev tak terlalu siap, membuat punggungnya mau tak mau harus tergores oleh kuku tajam itu. Stev meringis, tapi masih dapat menahannya, sampai Stev melemparkan tatapan tajam itu ke arah sang Lawan.
Stev menatap dalam vampir di depannya, selama hampir dua detik mata itu tak pernah ia alihkan dari mata sang Lawan, begitu pula dengan lawannya itu, mata merahnya ia biarkan menatap Stev tajam tanpa berkedip. Hingga suara berat Stev memaksanya melayang jauh, mulai kehilangan kontrol akan dirinya, seolah otaknya sedang dikendalikan.
"Keluarkan jantungmu sendiri!" titah Stev dengan nada dingin.
Detik itu juga sang Vampir itu menancapkan kuku tajamnya ke dada bagian kiri, tepat di mana jantungnya berada. Dengan tatapan mata yang kosong, tanpa mengerang sedikit pun, tangannya ia perintahkan untuk mencabut jantungnya sendiri, mengeluarkannya hingga ia kehilangan keseimbangan. Terduduk di lantai, dengan jantung berada di tangannya, darah segar mulai mengalir deras dari dadanya. Tapi, detik berikutnya mata vampir itu berkedik dua kali, setelahnya langsung mengerang kesakitan.
Erangan itu membuat Stev menyeringai, setidaknya hipnotis yang ia lancarkan bisa membuat lawannya kehilangan fungsi otaknya. Dengan mudah Stev mengambil alih fungsi otak itu dan membuat lawannya mengeluarkan jantungnya sendiri tanpa Stev harus repot-repot mengeluarkannya.
Stev berbalik, memfokuskan tatapannya pada pintu lebar di hadapannya, pintu yang dulu membuat hidupnya berubah, pintu yang membuat dirinya tak menyukai nasi dan lebih memilih menikmati darah wanita-wanita yang tak bersalah. Membuatnya ikut terseret masuk ke dalam lingkarang yang manusia sebut sebagai monster penghisap darah. Mengerikan, tapi memang itu kenyataan yang ada.
Stev menendang keras pintu di hadapannya dengan kaki kanan, membuatnya bisa melihat jelas pemandangan yang ada di dalam sana. Balok setinggi satu meter itu masih berada di tempatnya dulu, tempat di mana Stev harus meneguk cairan merah menjijikkan itu. Kini, balok kayu itu tampak sedang menahan bobot tubuh seorang gadis dengan mata terpejam, di sampingnya jelas terlihat Frederick yang tersenyum kilas ke arahnya.
"Jangan menyentuhnya!" peringat Stev dengan nada penuh pengancaman.
"Baiklah ... aku tak akan menyentuh gadismu sedikit pun, tapi aku akan menikmati darah segarnya." Frederick tertawa renyah.
Dengan sekejap Stev sudah berada tepat di hadapan Frederick, menampilkan sorotan mata tertajam yang pernah ia berikan. Sorotan mata itu jelas menyiratkan kebencian dan amarah yang begitu dahsyat. Aura membunuhnya terlihat lebih kentara dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampiroMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.