Part 03

182 55 10
                                    

💎Happy reading💎

****

"Tao! Sini main sama ibu," kata seorang ibu tersenyum hangat ke arah Stev kecil yang kira-kira berumur 6 tahun.

"Ibu! Ayah pulang," kata Stev sambil menunjuk ke belakang Auristela, ibunya dengan girang.

"Tao ... ayah sudah pergi jauh, jadi Tao tidak boleh mengingat ayah lagi. Lupakan ayah!" kata Auristela dengan wajah sendu.

"Ayah pulang," kata Stev lagi-lagi dengan riang.

Auristela tertegun dan mulai menangis. Sudah hampir satu tahun Adelard---suami Auristela---tidak pulang ke rumah, sama seperti Stev, dia juga merindukan Adelard.

Auristela berjalan pelan ke arah Stev dan memeluk Stev cukup erat. Hanya Stev yang menjadi penyemangat hidupnya saat ini. Dia tidak mau kehilangan orang yang dicintai untuk yang kedua kalinya, sudah cukup Adelard saja yang pergi menginggalkannya, Stev jangan.

"Ayah!" seru Stev heboh sambil menunjuk seseorang yang berdiri tepat di belakang Auristela.

Karena Stev terus mengatakan ayah, Auristela pun tergerak untuk menatap ke belakangnya. Barang kali memang ada Adelard di sana.

"Lard! Benarkah itu kau?" tanya Auristela dengan tatapan tak percaya.

"Anakku, Tao kemarilah!" kata Adelard sambil merentangkan tangannya untuk mengisyaratkan Stev memeluknya dan tidak menghiraukan kata-kata Auristela.

Stev berlari menghampiri Adelard dan memeluk erat sang Ayah yang sangat dirindukannya. Stev sangat menyayangi ayahnya, begitu pula sangat menyayangi ibunya.

Auristela kembali tergugu saat melihat sosok nyata Adelard di hadapannya, tapi tangisannya berhenti kala melihat serombongan orang yang ikut muncul di belakang Adelard. Dari penampilannya Auristela sudah tahu kalau mereka bukan dari bangsa manusia. Sama seperti Adelard, mereka dari bangsa vampir.

"Tao! Menjauhlah dari ayah!" teriak Auristela dengan suara bergetar.

"Tenanglah, Istriku! Kami tidak akan menyakiti Tao," ujar Adelard menenangkan.

"Jangan coba-coba mempengaruhi Tao!" ancam Auristela dengan tegas.

Adelard berdiri dari posisinya semula sambil menggendong Stev.

Auristela berlari menghampiri Stev dan Adelard dan mencoba mengambil kembali Stev yang sepertinya tidak mengerti situasi. Tentu saja, tidak mungkin anak berusia enam tahun itu mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

"Bunuh dia!" perintah Adelard kepada rekan-rekannya, kemudian berjalan meninggalkan rumah yang tak layak huni itu sambil membawa Stev bersamanya.

Sementara satu rekan Adelard maju dan dengan mudahnya merobek dada Auristela seolah tanpa beban, kemudian mengambil jantung Auristela dengan gerakan cepat dan tersenyum devil kala jantung itu berhasil diambilnya.

Auristela seperti ingin berteriak, tapi tak ada satu pun suara yang berhasil lolos dari mulutnya. Dari dadanya yang robek pun mulai mengeluarkan darah segar yang mengalir tanpa hambatan. Sedikit demi sedikit Auristela mulai kehilangan kesadarannya. Bukan, bukan kehilangan kesadaran, tapi kehilangan nyawa. Hal terakhir yang Auristela lihat adalah Stev yang menangis dalam gendongan ayahnya dengan mata yang juga tertuju pada Auristela.

Stev yang dalam gendongan ayahnya yang berjalan menjauh pun melihat dengan jelas kejadian yang menimpa ibunya. Sedetik kemudian Stev menangis sekencang mungkin, meluapkan rasa sakit di dadanya.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang