"CHANGKYUUUUUUUN!"
1 detik. 3 detik. 5 detik.
Aneh. Kenapa responnya nggak kunjung datang?
Jooheon menarik napas dalam-dalam kemudian berteriak keras sekali lagi. Menyerukan nama sahabat sekaligus tetangganya itu. Berharap mendapat balasan berupa teriakan nggak kalah keras dari rumah sebelah.
"CHANGKYUUUUUUN!!!"
Aneh. Sekarang jadi super aneh.
Biasanya Changkyun merespon dengan kilat, meskipun responnya selalu buruk. Tapi, Jooheon nggak peduli, dia suka kok diteriakin balik sama Changkyun.
Emang Jooheon termasuk golongan manusia langka di dunia. Dimana, orang-orang pada nggak mau kena amarah, Jooheon malah menyerahkan telinganya untuk mendengar amarah kekesalan dari Changkyun.
Meskipun, bentuk amarah yang diterima telinga Jooheon cuma amarahnya Changkyun sih.
Nggak mau menunggu lama, karena Jooheon udah keburu panik duluan, Jooheon segera melompat dari balkon kamarnya di lantai dua, ke balkon rumah sebelah. Balkon kamar Changkyun yang memang berjarak cukup dekat itu.
Membuka pintu kaca dengan tergesa-gesa—yang memang nggak pernah dikunci, Jooheon langsung mengobservasi keadaan kamar Changkyun.
Mencari alasan kenapa Changkyun nggak kunjung merespon.
"ASTAGA CHANGKYUN!" Jooheon segera berlari kecil ke arah Changkyun yang sekarang tergeletak menggenaskan di karpet kamarnya.
"Kyun?! Kyun? Bangun Kyun! Jangan mati dulu! Gue masih pengin gangguin lo!" Jooheon panik, jelas. Siapa coba yang nggak panik melihat tubuh sahabatnya tergeletak di karpet?
"Gue masih idup, bodoh," terang Changkyun pelan namun masih bisa ditangkap bahwa jawaban Changkyun mengandung sedikit amarah.
"Gue kira lo mati."
"Iya gue bisa mati kalo lo goncang-goncang kek lagi goyang syopi! Pusing bodoh!" Sekali lagi, Changkyun mengumpat yang seperti biasa dijawab dengan cengiran khas seorang Jooheon.
"Ya abis lo goleran gitu. Gimana gue gak panik."
"Gue juga gak tau kenapa gue bisa berakhir gini."
"Lo lagi ngapain?"
Changkyun diam sejenak. Berusaha mengingat memorinya sebelum tergeletak itu. Dia cuma tidur kok, bukan pingsan. "Gue...nugas kayaknya?"
Jawaban kecil Changkyun berbalas dengan toyoran cukup keras di keningnya. Changkyun emang terlalu perfeksionis sama masalah sekolah. Kadang, sampai bisa membahayakan nyawa sendiri.
"Udah gue bilang, nugas secukupnya! Lama-lama lo mati beneran kebanyakan nugas."
"Doa jelek, mantul." Changkyun berdiri dari posisinya, daritadi mereka berdua emang masih ada di karpet, dengan posisi Jooheon yang memegangi punggung Changkyun. Menahannya agar nggak jatuh.
"Ya gimana? Deadline-nya besok."
"Tugas apa sih? Ada emang?"
Changkyun menghela napas. "Tugas biologi. Yang suruh praktek terus presentasi."
"Tugas kelompok?" Changkyun mengangguk.
"Gue udah dong, percaya kagak?"
"Yakan yang garap bukan lo." Tebakan Changkyun seratus persen benar. Seorang Jooheon yang bahkan tugas individu aja masih numpuk kayak dosanya, mana mungkin ikut andil di tugas kelompok.
"Terus lo?"
Changkyun nggak menjawab, kemudian malah menyalakan laptopnya kembali, untuk menyelesaikan tugas yang emang belum terselesaikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/252731703-288-k40675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shall We Date? [ Joo-Kyun ]
Fanfiction[ lokal ] [ GS ] [ end ] "Changkyuuuuuuun!" "Brisik Joo!" Jooheon yang berisik sama Changkyun yang anti sosial penuh gengsi. Apa jadinya kalau mereka pacaran?