27

154 35 14
                                    

Disini Changkyun sekarang. Di jok belakang motor Jooheon berpegangan ke jaket yang dipakai Jooheon.

Dengan berat hati, akhirnya tadi Changkyun menuruti perintah Jooheon, pergi keluar pagi buta dan nggak tahu tujuannya buat apa dan kemana.

Perjalanan diisi sama gerutuan kecil Changkyun, sementara Jooheon cuma diam, yang Changkyun yakin pasti sengaja.

Soalnya, Jooheon kalo ngomong biasanya nggak pake mikir, jadi nanti kemungkinan besar kalo Jooheon ngomong panjang lebar ajak Changkyun ngobrol, Jooheon bakal kelepasan ngomong tanpa sadar.

Makanya sekarang, kepala Changkyun isinya cuma penuh pertanyaan, sebenernya Jooheon mau ngapain dan bawa dia kemana?

Kabur?

Mungkin iya, tapi Changkyun percaya, Jooheon berarti udah siap mati kalo berani bawa Changkyun kabur.

Apalagi, Jooheon bukan kucing. Nyawanya cuma satu. Padahal nanti malaikat pencabut nyawanya Jooheon bakal ada banyak. Ada keluarga Jooheon yang siap menanti.

Jadi pasti kabur cuma kata ganti yang digunakan Jooheon tadi.

Tapi, sedari tadi Changkyun perhatiin, arah Jooheon emang bukan ke arah bandara, bukan juga ke sekolah, ataupun tempat-tempat yang biasanya mereka datangi.

Changkyun cuma diem, soalnya daritadi Changkyun paksa Jooheon buat ngaku pun, Jooheon kukuh buat tutup mulut. Karena capek introgasi Jooheon dengan hasil nol, Changkyun akhirnya ikutan diem.

Sebenernya, ada satu kemungkinan di otak Changkyun sekarang.

Tapi Changkyun nggak mau besar kepala, nggak mau juga berharap. Meski tanpa sadar, dia sedikit berharap kalo apa yang dilakuin Jooheon sekarang sesuai sama kemungkinan yang ada di kepalanya sih.

"Dingin gak Kyun?" Pertanyaan Jooheon memecah keheningan sekaligus lamunan Changkyun.

"Dikit."

"Lo sih tadi gue bilangin suruh pake jaket dobel gak mau."

"Kan gue gak tau lo mau pergi sejauh ini, lo mau bawa gue kemana sih?"

"Bentar lagi sampe Kyun, tahan ya." Lagi-lagi, pertanyaan Changkyun serasa cuma masuk telinga kiri keluar telinga kanannya Jooheon.

Padahal, Changkyun tuh cuma mau tahu Jooheon bawa dia kemana. Emang dasar Jooheon pelit.

Changkyun ulangin, Jooheon pelit!

"Kyun jangan umpat gue kaya gitu."

Changkyun melotot kaget. Masa iya suara batinnya sekeras itu sampai bisa ketangkep telinga Jooheon.

"Lo gak ngomong dalem hati kalo lo mau tau."

"Hah?" Jadi daritadi dia tuh umpatin Jooheon bukan pake suara batin?

"Gue gak pelit Kyun, tapi kan masih rahasia. Lo aja kemarin rahasiain lama dari gue, gue gak bilang lo pelit ya!"

"Gak usah dibahas lagi!" Kebiasaan jelek Jooheon emang, sukanya ungkit-ungkit aib sama kesalahan Changkyun di masa lalu.

Changkyun kan udah minta maaf terus mereka udah baikan, harusnya dilupain dong!

"Nah Kyun dah sampe."

Changkyun buru-buru memiringkan kepalanya, memindai pemandangan di depannya sekarang.

Hah? Udah sampe?

Ini dimana?

Pemandangan yang tertangkap mata Changkyun sekarang itu cuma padang rumput yang isinya banyak semak belukarnya, terus di tepi ada pembatas dari besi. Changkyun nggak tahu, pembatasnya itu membatasi mereka dari bahaya apa, tapi kalo dilihat, kayaknya di bawah ada sungai.

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang