10

187 35 3
                                    

"Sekali lagi maaf ya Pak, terimakasih, saya balik dulu." Changkyun membungkuk sopan sambil tersenyum tipis yang dibalas dengan senyuman ramah ketiga bapak satpam. Hutangnya akhirnya lunas juga. Dia udah berhasil menyelesaikan misi terkait bapak satpam.

Setelah itu, Changkyun pun berbalik, berniat pergi yang diikuti sama Jooheon. Iya, daritadi Jooheon nungguin Changkyun kok, sesuai janjinya. Malah tadi pake ikutan minta maaf segala.

Jooheon tadi bangga banget sama Changkyun, serius, berasa terharu liat Changkyun yang biasanya menutup diri dari dunia luar dan milih kerepotan sendiri daripada harus bersosialisasi barusan meminta maaf tanpa bantuan Jooheon.

Jooheon tahu, Changkyun itu sebenernya baik, hatinya lembut banget, cuma ya kurang skill bersosialisasi aja. Jadi orang-orang suka keburu salah paham duluan sama Changkyun.

Lebih baiknya lagi, Changkyun tadi bilang kalo hadiahnya dari mereka berdua, padahal kemarin jelas-jelas Jooheon cuma nemenin Changkyun beli hadiahnya. Bahkan dia dapet hadiah juga dari Changkyun.

Gimana, Jooheon nggak tambah dimabuk cinta kan?

"Joo, gue masih deg-degan," kata Changkyun sambil mengenggam erat tangan Jooheon. Changkyun masih deg-degan gara-gara tadi dia akhirnya berhasil minta maaf. Meski, permintaan maafnya nggak terlalu spesifik tentang kejadian tempo hari.

"Lo berhasil kok. Bangga banget gue sama lo," jawab Changkyun sambil mengusak rambut Changkyun, membuatnya berantakan.

Changkyun tersenyum, senyum yang sampai menampilkan deretan giginya. Jooheon sedikit kaget juga, senyum itu, bisa dihitung pake jari berapa kali Changkyun tersenyum gitu dalam sepuluh tahun terakhir pertemanan mereka.

"Lo seneng banget?"

Changkyun mengangguk. Bebannya serasa hilang. Jujur, dia kemarin sampai susah tidur karena mikirin kemungkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi, meski kenyataannya sama sekali nggak ada yang terealisasi.

"Traktir gue kalo gitu," usul Jooheon iseng.

"Boleh, lo mau apa?" Changkyun menanggapi dengan serius. Lagian, Jooheon bener-bener membantunya. Jadi menurutnya, nggak ada alasan buat menolak permintaan Jooheon.

"Eh beneran?"

"Mau gak?"

"Daripada traktir, kalo gue minta lo jadi pacar gue aja gimana?"

Changkyun langsung menggeleng. "Semua selain itu."

Jooheon merengut. Lagi-lagi Changkyun nggak bisa dibujuk. "Kalo gitu, ringanin hukuman taruhan gue," pinta Jooheon. Keinginan terbesar keduanya setelah keinginan Changkyun jadi pacarnya. Otaknya bener-bener belum siap dipaksa bekerja secara seharusnya.

Changkyun tampak berpikir sebentar. "Oke fine. Nanti breaktimenya gue tambahin."

"Nanti lo nambah cuma satu menit doang. Kurangin harinya lah."

"Lo lebih milih breaktime gue tambahin, apa hari gue kurangin tapi gue paksa lo begadang?"

Jooheon bergidik ngeri. "Oke, breaktime. Gue masih pengin idup." Changkyun beneran nggak kasih ampun.

Di tengah percakapan, mereka berdua berpapasan dengan Sera. Mereka bertiga saling bertatapan.

Changkyun memandang Sera cukup lama. Sementara Sera tampak risih dan juga gugup. Changkyun menyadari itu.

Dibilang marah atau enggak, Changkyun jelas aja marah. Bukan karena Sera yang dengan bodohnya kasih dia jebakan, tapi lebih ke gimana Sera dengan teganya kasih sesuatu yang berpotensi nyakitin seseorang.

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang