22

144 33 7
                                    

Changkyun tertegun, melihat Jooheon yang duduk menunggu di atas motornya. Terlihat menunggu Changkyun buat berangkat bersama.

Changkyun cuma berdeham singkat, kemarin malam, pertengkaran mereka berakhir begitu aja setelah Jooheon pergi dari kamar Changkyun. Bisa dibilang, keadaan mereka saat ini canggung parah, makanya Changkyun kaget melihat Jooheon masih menunggunya di depan rumah.

Jooheon menatap datar seolah-olah menyuruh Changkyun buat naik. Setelah itu perjalanan mereka diisi keheningan. Nggak ada yang mau menawarkan diri buat memecah suasana.

Di sekolah juga begitu. Jujur, Changkyun sempat khawatir sama Jooheon. Apa dia bisa menyelesaikan ujiannya? Apa semua aman?

Mengingat agenda tutor menutor mereka kemarin yang batal dan berganti dengan pertengkaran panas yang konyol. Dengan penuh keraguan, Changkyun memberanikan diri buat bertanya ke Jooheon yang baru aja keluar dari ruang ujian.

"Lo...bisa?" Sial. Changkyun nggak pernah seawkward ini sama Jooheon, rasanya aneh.

Jooheon cuma mengangguk singkat kemudian menggerakan kepalanya ke arah parkiran sekolah. Nggak perlu pikir panjang, Changkyun udah tahu maksud Jooheon. Dalam hati, Changkyun bersyukur hari ini mata pelajaran ujian mereka cuma satu, jadi dia nggak perlu berlama-lama menghabiskan waktu terjebak situasi canggung bersama Jooheon.

Setelah sampai rumah, Jooheon langsung ancang-ancang buat pulang ke rumah setelah menurunkan Changkyun. Baru beberapa senti bergerak, suara Changkyun memecah keheningan.

"Gak usah repot anter jemput gue lagi. Gue bisa sendiri," katanya dengan dingin. Dan dibalas dengan nggak kalah dingin dari Jooheon.

"Fine." Bahkan, Jooheon nggak perlu repot-repot menolehkan kepalanya ke belakang untuk menatap Changkyun.

Changkyun menghela napas dalam.

Dia barusan salah lagi ya?

•••••

Setelah kejadian itu, bisa dibilang Changkyun dan Jooheon putus kontak. Dan hal ini udah berlangsung berhari-hari.

Bahkan, final test mereka sudah berakhir, dengan kondisi mereka yang masih bertengkar. Nggak ada lagi agenda tutor menutor tengah malam yang membuat Changkyun khawatir sama keadaan Jooheon.

Jooheon sendiri benar-benar menuruti perkataannya, dia nggak pernah lagi muncul ataupun menunggu Changkyun untuk pergi bersama.

Untungnya, tetangga sebelah emang dasarnya baik hati, selama bertengkar sama Jooheon, Minhyuk menawarkan diri buat menggantikan peran Jooheon yang cuma bisa Changkyun terima dengan perasaan nggak enak.

Baik Jooheon maupun Changkyun sama sekali nggak ada yang berniat buat memulai percakapan maupun sekedar menyapa. Persahabatan sepuluh tahun mereka serasa ikut hancur bersamaan dengan pertengkaran hebat kemarin.

Kadang Changkyun tertawa sinis, rasanya malu mengingat sepuluh tahun perjalanan mereka hampir runtuh karena mereka yang sama-sama keras kepala. Kadang juga, Changkyun memikirkan keadaan Jooheon.

Apa dia baik-baik aja?

Apa dia bisa ujian kemarin?

Apa pelajarannya susah?

Dan banyak lagi, ratusan pertanyaan lainnya mengitari pikirannya. Semua nggak bakal jauh-jauh dari topik Jooheon.

Apa Jooheon juga mikirin dia sebanyak Changkyun mikirin Jooheon?

Lagi-lagi, Changkyun cuma bisa menghela napas. Dia lelah. Dan dia butuh seseorang sekarang.

Mengambil ponselnya dengan ragu, memindai list kontaknya, dan berhenti di satu nama. Changkyun bolak-balik memikirkan apa perlu dia menghubungi kontak ini.

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang