4

193 37 17
                                    

Pukulan keras membangunkan Jooheon dari alam mimpinya. Masih setengah sadar, tapi dia udah dipaksa buat memproses apa yang lagi terjadi sekarang.

"Bangun!" Jo mengerjapkan matanya berkali-kali. Memastikan bahwa ini nyata. Dan orang yang ada di hadapannya sambil berteriak kesal adalah Bundanya, Kiki.

"Bunda?"

"Bangun ih Joo!"

Jooheon segera merubah posisinya jadi duduk. Menoleh ke arah samping. Masih ada Changkyun. Jadi, ini Bundanya dateng ke rumah Changkyun cuma buat bangunin dia?

"Kenapa Bun?" Tanya Jooheon sambil mengucek matanya.

"Kamu yang kenapa!" Kiki membalas disertai pukulan kecil di kepalanya. "Kalo masih lima taun sih gak papa tidur sini, ini udah gede, masih tidur sini!"

"Ya kenapa sih?"

"Kasian Changkyun kejepit sama kamu!!! Kasurnya kan aturan buat satu orang! Malah ditambah kamu yang badannya gede! Kalo anak cewek Bunda jadi gepeng gimana?!"

Lagi-lagi alasannya pasti nggak jauh dari Changkyun. Emang ya, dimana-mana ibu kandung kayaknya lebih sayang sama anak tetangga ketimbang anak sendiri.

"Ya masa Joo suruh tidur dibawah? Dingin!"

"Ya tidur dimana kek! Tuh liat Changkyun tidurnya sampe mepet tembok gitu!"

Mendengar suara berisik, mau nggak mau Changkyun membuka matanya.

"Bunda...?

"Eh, Kyun, udah bangun? Sakit gak badannya?"

Changkyun menggeleng pelan. Masih mengumpulkan nyawa. Ini ada apa-apaan tiba-tiba ibu sama anak ribut di kamarnya begini?

"Gak kejepit Joo kan?"

"Ih Bun, ya enggaklah! Lagian yang semalem minta Joo tidur sini tuh Changkyun!"

Kiki masih mendelik, rada curiga sama pembelaan anak bungsunya.

"Bener Kyun?"

Changkyun cuma mengangguk-angguk sebagai jawaban. Kiki cuma bisa menghela napas. Kalo anak perempuannya udah bilang gitu, berarti Jooheon nggak bohong.

"Yaudah, Kyun mandi. Nanti sarapan di rumah Bunda aja ya? Bunda masak banyak."

"Eh? Tapi kayaknya Bibi udah masak?"

"Belom kok, tadi mau masak, Bunda stop."

Changkyun lagi-lagi menganggukan kepalanya. Kiki itu nggak bisa didebat, dan kayaknya hal itu sebagian besar nurun ke Jooheon.

"Yaudah sana mandi, Joo kamu juga!"

"Yaudah nanti gantian sama Kyun."

Kiki yang udah kepalang kesel sama anak bungsunya itu akhirnya pake jurus andalan. Menjewer telinga Jooheon membuat mata sipitnya jadi terbuka lebar.

"Astaga, sakit Bun! Apasih?"

"Kamu pulang! Di rumah juga ada kamar mandi! Jangan kayak tunawisma gitu deh!"

"Kasian Kyun sendiri." Jooheon beralasan, soalnya dia tahu betul, Bundanya gampang luluh kalo tentang masalah Changkyun.

"Sana Joo, pulang," tolak Changkyun tanpa pikir panjang. Jooheon menganga kecewa.

"Lo udah gak sayang sama gue emang ya."

"Gak usah alay deh Joo, ini masih pagi. Sana pulang, hush hush!" Changkyun berkata dengan membuat gestur mengusir.

"Awas aja Kyun! Emang dasar nenek sihir! Pokoknya nanti—"

"Jooheon! Pulang!" Kiki menarik lengan Jooheon kemudian menyeretnya keluar dari kamar Changkyun. Jooheon menatap tajam melancarkan sinyal peperangan ke sahabatnya itu, yang dibalas nggak kalah dingin.

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang