7

181 35 4
                                    

Beberapa hari berlalu, Changkyun masih terus mendapat hadiah tanpa pengirim. Selama itu juga, Jooheon dengan memanfaatkan koneksinya mencari tahu siapa pelaku dibalik hadiahnya beserta alasan.

Bahkan sekarang, Changkyun nggak perlu pusing mikirin, tangannya selalu kerja lebih dulu buat buang semua hadiah itu. Bukannya nggak mensyukuri, tapi nerima hadiah yang dia nggak tau dari siapa, menurutnya sama sekali bukan gayanya.

"Kyun semisal yang kasih cowok gimana?" Tanya Jooheon random buat menurunkan kadar kekesalan Changkyun.

"Ya gak gimana-gimana lah!" Sahut Changkyun sewot.

"Semisal cowok beneran terus dia suka sama lo?"

Changkyun memutar kepalanya menghadap ke arah Jooheon. Memasang ekspresi nggak percaya. "Gue aja gak sehalu lo."

"Siapa tau kan, lagian sama sekali gak ada clue."

"Mau ada mau gak tetep aja teori lo adalah teori yang paling gak mungkin."

"Kalo semisal iya gimana?"

Changkyun mendecak. "Lo mau taruhan?"

Jooheon tersenyum geli, tapi kemudian kembali serius. Menyetujui usul Changkyun.

"Taruhan lo apa?" Tanya Jooheon.

Changkyun tampak berpikir sebentar. Memikirkan hukuman yang sekiranya bisa merepotkan Jooheon dalam jangka waktu pendek.

"Apa buru?"

"Ya sabar sih."

Setelah berpikir lama diiringi Jooheon yang menunggunya dengan nggak sabar akhirnya Changkyun membuka suara.

"Kalo teori lo salah, lo harus mau belajar sama gue pas masa ujian."

"Udah?"

"Sampe semua ujian selese. Belajar. Bukan nemenin." Changkyun memperjelas. Dia tahu, Jooheon termasuk tipikal anak bandel yang nggak peduli sama nilai sekolah. Asal Jooheon lulus, maka bagi Jooheon itu semua cukup.

Tapi nggak buat Changkyun. Dia peduli sama Jooheon termasuk sama nilai sekolahnya. Karena itu dia mau bantu Jooheon meski kadang pake cara paksaan dan kekerasan sih, kayak sekarang ini.

Jooheon jadi sedikit gugup. Kenapa dari sekian banyak hukuman taruhan, Changkyun milih itu sih?

Jooheon nggak masalah menghabiskan waktu seharian sama Changkyun. Tapi kalo menghabiskan waktu seharian belajar bersama Changkyun, maaf, tapi Jooheon keberatan. Pake banget.

Setelah berpikir sebentar. Jooheon mengangguk. "Fine."

"Sekarang lo."

Jooheon nggak butuh berpikir. Dia udah tahu dia mau kasih persyaratan apa buat Changkyun. "Kalo teori gue bener, jadi pacar gue tapi gak boleh putus."

Sekarang giliran Changkyun yang meneguk ludah. Dia sebenernya udah separuh menduga sih, tapi nggak nyangka kalo Jooheon bakal beneran jadiin itu sebagai bahan taruhan.

"Gimana? Lo mau mundur?" Tanya Jooheon dengan nada mengejek. Sengaja. Buat memprovokasi amarah Changkyun.

Dan berhasil. "Fine!" Kemudian Changkyun mengulurkan tangan. "Deal?"

Jooheon menjabatnya dengan cepat. "Deal!"

"Tapi fairplay loh Joo! Lo gak boleh malsuin realita!" Ancam Changkyun. Mengingat Jooheon sekarang lagi membantunya buat mencari pelaku hadiah ghaib itu.

"Santuy. Gue emang mau lo jadi pacar gue. Tapi main curang bukan level gue."

Changkyun cuma mengendikkan bahu, nggak berminat menanggapi balasan Jooheon dan malah menanyakan hal yang lain.

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang