"Gimana?" Changkyun bertanya dengan was-was saat Jooheon keluar dari ruang ujiannya.
Mereka emang beda ruang ujian meski sekelas, karena sistem pembagiannya diacak buat mengurangi resiko kecurangan.
Jooheon tersenyum lebar kemudian merentangkan tangannya, menarik Changkyun ke pelukannya.
"Rangkuman lo mujarab banget!"
"Keluar semua ya?"
Jooheon mengangguk semangat. "Meski gue gak sempet baca semuanya, tapi dari semua soal, gue masih bisa garap rada banyak. Lo dukun ya? Kok bisa tau sih?"
Changkyun terkekeh. "Mana ada, itu hasil dari merhatiin tipe guru."
"Iya deh iya, Changkyun gue, anak jenius. Lo keluar gasik ya tadi?"
"30 menit? Segituan lah."
Jooheon udah terlalu lelah buat takjub sama otak sahabatnya ini. Too good to be true kalo menurut Jooheon.
"Brati lo lama nungguin gue disini?" Changkyun emang daritadi duduk di gazebo dekat ruang ujian Jooheon sendirian. Karena dia nggak mau pergi ke kantin sendiri.
"Iya, tapi gak papa, gue jadi sempet belajar lagi."
Jooheon cuma mengangguk sekenanya, kemudian menggandeng tangan Changkyun menuju kantin.
•••••
Beberapa hari terlewat dengan senyum lebar Jooheon dan rasa lega dari Changkyun. Selama itu juga, Changkyun sama sekali belum cerita sama orangtuanya terkait masalah beasiswa, dia juga belum sempet buat konfirmasi ke wali kelas mereka. Padahal, masa ujian pertama udah mau berakhir.
Maka dari itu, sore ini Changkyun niatnya mau menghubungi orangtuanya. Soalnya, kalo malem, dia bakal kedatangan tamu tetap buat belajar materi besok.
Changkyun memutuskan buat menelepon Mama Do, karena menurutnya bakal kurang efektif buat ngomongin hal sepenting ini lewat chat. Sedikit berharap, Mama Do lagi nggak sibuk dan sempet buat sekedar angkat teleponnya.
"Yes sweetie?" Dan, harapan Changkyun terkabul. Nggak lama setelah berdering ada balasan dari mamanya diujung telpon.
"Are you busy right now?"
"Not really, ada apa?"
"Kyun, mau minta saran."
"Is it important?"
"I guess so."
"Okay, can u wait for 5 minutes?"
"Bisa, Kyun matiin dulu aja. Nanti Mama telpon lagi ya."
Dengan itu, Changkyun memutuskan sambungan. Memutuskan buat membuat rangkuman khusus yang bakal dia kasih ke Jooheon nanti buat membunuh waktu.
Changkyun meletakan ponselnya di samping, menyalakan nada dering yang biasanya dia pasang dalam mode silent buat berjaga-jaga semisal dia terlalu fokus dalam pekerjaannya kali ini.
Menulis dengan rapi agar bisa dipahami dengan mudah oleh Jooheon. Karena, Jooheon yang tersenyum lebar kayak tadi, bener-bener bisa bikin hatinya seneng juga. Terlebih, senyum itu muncul karena dirinya sendiri.
Nggak lupa menambahkan warna-warni spidol dan menempelkan sticky note yang ditulisi kata-kata penyemangat karena Changkyun tahu Jooheon mudah bosan.
Sampai pekerjaannya selesai, telepon dari mamanya belum juga ada. Changkyun tersenyum puas melihat hasil pekerjaannya. Cukup bagus dalam pengerjaan yang relatif singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shall We Date? [ Joo-Kyun ]
Fanfiction[ lokal ] [ GS ] [ end ] "Changkyuuuuuuun!" "Brisik Joo!" Jooheon yang berisik sama Changkyun yang anti sosial penuh gengsi. Apa jadinya kalau mereka pacaran?