Nama gue Changkyun.
Dan karena gue tahu Jooheon bakal ngambek sama gue semisal gue nggak memperkenalkan diri sebagai pacarnya, jadi, gue Changkyun pacarnya Jooheon.
Jooheon pasti kemarin cerita yang cheesy-cheesy ya?
Karena gue nggak bisa kayak gitu, jadi kayaknya cerita gue bakal lebih kayak dongeng atau mungkin malah jatuhnya jadi acara baca berita karena gue nggak pinter cerita.
Gue pertama kali ketemu Jooheon pas gue pindahan ke komplek perumahannya dan ternyata rumah kita sebelahan.
Alasan gue pindah sendiri karena orangtua gue yang semakin sibuk seiring gue tumbuh berkembang, jadi mereka butuh rumah dengan keamanan dobel karena gue bakal sering ditinggal, dan rumah gue yang sekarang ini adalah pilihan mereka.
Dulu, pas gue masih umur dimana gue harusnya masuk playgroup, gue malah terbang kesana-kesini ngikut mama, kadang juga ngikut papa di Amerika. Dan, karena mereka nggak mau pendidikan gue berantakan karena keseringan terbang, akhirnya pas gue masuk sekolah dasar mereka mutusin buat nggak ngajak-ngajak gue lagi.
Karena gue termasuk anak yang penurut, jadi pas itu gue cuma iya-iya aja. Tapi, kalo gue ngerti gue bakal kesepian, mending dulu gue tolak usulan mereka.
Singkat kata, akhirnya gue pindah, kebiasaan gue dari kecil sampe sekarang, gue suka banget merhatiin lingkungan sekitar gue dan waktu itu pas gue lagi mindai rumah yang bakal gue tinggali, gue lihat sepucuk kepala yang cuma kelihatan matanya aja dari dinding sebelah.
Iya, itu Jooheon.
Jujur aja, gue kira itu kali pertama dan terakhir gue bakal lihat dia. Tapi, ternyata pikiran gue salah.
Besoknya, anak yang kemarin nempel di dinding, muncul di rumah gue. Kenapa gue ngerti kalo itu anak yang sama, karena matanya yang cuma segaris.
Nggak disangka, dia katanya mau ngajak gue kenalan. Karena, gue emang payah di sosialisasi dan keseharian gue cuma diisi papa, mama, dan buku, gue bingung harus jawab gimana. Setelah minta pertolongan, akhirnya gue ikutan memperkenalkan diri, terus akhirnya kita temenan.
Gue nggak tau definisi temen itu apa, tapi menurut gue, Jooheon kecil daripada kayak seorang temen, dia malah kayak bayangan karena suka ngikutin gue kemana-mana.
Dan gue ngerasa keganggu.
Karena bagi gue dulu, Jooheon yang baru aja gue kenal beberapa waktu, tiba-tiba maksa masuk ke dunia gue. Karena itu, nggak jarang gue tolak ajakan-ajakan Jooheon.
Gue pernah mikir, kalo gue dulu terbuka sama dia lebih cepet, kira-kira bakal ada yang berubah nggak ya?
Kalo diinget, gue suka ngerasa bersalah karena dulu suka nggak peduliin dia.
Apalagi, pas waktu itu Jooheon ajak gue main, dan karena gue udah kesel, gue langsung tutup pintu rumah gue.
Gue tahu, Jooheon nangis sepanjang jalan rumah, soalnya suara tangisannya kenceng banget terus rumah kita yang emang sebelahan.
Itu pertama kalinya gue ngerasa bersalah sama dia.
Gue pengin minta maaf, tapi gue nggak berani, lebih tepatnya, gue bingung gimana caranya. Secara, Jooheon itu temen pertama gue dan gue sama sekali nggak punya pengalaman berteman.
Semua hal pertama dalam siklus pertemanan gue, pasti gue laluinnya sama Jooheon.
Akhirnya gue milih cara lain, sejak itu gue mulai sering terima ajakan main dia, berharap dengan itu Jooheon ngerti kalo gue lagi berusaha minta maaf lewat tindakan gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shall We Date? [ Joo-Kyun ]
Fanfiction[ lokal ] [ GS ] [ end ] "Changkyuuuuuuun!" "Brisik Joo!" Jooheon yang berisik sama Changkyun yang anti sosial penuh gengsi. Apa jadinya kalau mereka pacaran?