25

164 38 11
                                        

Dulu, kalo ditanya Changkyun suka Jooheon apa nggak, pasti jawaban Changkyun beberapa tahun yang lalu cuma satu.

Enggak.

Soalnya dulu, Jooheon menurut Changkyun adalah salah satu orang ter-annoying. Yang setiap hari selalu usaha buat ngajak ngobrol Changkyun ataupun ngajak main.

Tapi lama kelamaan kayaknya, karena usaha Jooheon yang nggak ada batas akhir, Changkyun jadi luluh dan menerima Jooheon buat mewarnai harinya. Bahkan sampai menjadikan Jooheon satu-satunya teman yang boleh mengitari hidupnya.

Rasanya, Jooheon emang udah takdir terlahir jadi orang yang keras kepala.

Setelah dulu usaha dan kukuh buat berteman sama Changkyun, sekarang Jooheon usaha mati-matian buat mengubah status mereka ke suatu hubungan yang katanya lebih tinggi dari teman.

Changkyun juga nggak tahu kenapa Jooheon sekukuh itu, karena dari dulu, Changkyun takut buat bertanya.

Takut alasan Jooheon berujung menyakitinya, meskipun itu nggak mungkin terjadi.

Atau takut kalo dirinya nggak bisa memenuhi ekspetasi seorang Jooheon terhadap Changkyun.

Atau mungkin sebenarnya, yang ditakutkan Changkyun itu bukan sebuah pengharapan, ekpestasi, ataupun Jooheon, tapi dunia luar?

•••••

"Kyun lo suka sama gue?" Ulang Jooheon. Izinkan Jooheon jadi pemaksa sekarang, karena dia keburu penasaran sama jawaban Changkyun.

"Gue gak tau, Joo. Gue gak tau ini namanya suka atau bukan."

"Apa yang lo rasain?"

"Entah?"

"Gue bisa bantu lo buat mutusin nama dari perasaan lo, tapi lo juga harus bantu gue buat jabarin apa yang lo rasa."

Changkyun menghela napas. "Jangan ketawain gue tapi."

"Promise," jawab Jooheon cepat.

"Gue ngerasa aman sama lo. Rasanya kalo gue sama lo gue gak perlu takut lagi sama tanggepan orang luar tentang gue."

"Gue juga suka kok nghabisin waktu sama lo, berdua, kemana aja."

Jooheon masih menyimak dengan tenang, tapi otaknya bekerja dengan keras. Menurutnya, perasaan Changkyun terlalu abu-abu, susah buat didefinisikan.

"Terus, kalo sama lo, rasanya gue mau sejahat apapun, lo pasti tetep bakal maafin dan nerima gue."

"Lo gak jahat Kyun, gak pernah," sanggah Jooheon memotong karena dia merasa perlu meluruskan hal itu.

Changkyun cuma tersenyum tipis. "Thanks."

"Sebenernya masih banyak, tapi gue takut, gue yang salah tafsir karena jujur kayak yang gue bilang di awal, gue gak tau apa yang gue rasain."

"Kira-kira sekarang lo bisa namain perasaan gue gak?"

Jooheon menggeleng. "Gue juga bingung."

"Gue kira lo bakal malsuin pake bilang kalo yang gue rasain tuh rasa suka."

"Mana ada!" Jooheon berseru kemudian menatap Changkyun. "Gue kan udah bilang, gue mau lo terima gue karena lo yang emang suka sama gue, bukan karena gue yang nipu lo, maksa lo, atau semacemnya."

"Padahal gak papa." Changkyun berujar santai sambil mengalihkan tatapannya dari Jooheon.

"Hah?" Balas Jooheon nggak mengerti maksud ucapan Changkyun.

"Karena kayak omongan gue yang lo curi denger, gue berharapnya lo bakal tetep sama gue sampe nanti-nanti, jadi mau ini rasa suka atau bukan, atau lo mau malsuin, gue rasa gak masalah."

Shall We Date? [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang