19. Langit Hujan

30 10 2
                                    

Publish : 24 Januari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Ternyata orang hanya peduli di mulut, bukan di hatinya.

***

Hujan turun kali ini. Jalanan hanya dipenuhi suara hujan dan kendaraan. Orang-orang sibuk untuk membuka payung nya. Ada juga yang sibuk berteduh sembari memakai jas hujan. Ada pula yang hanya berteduh sampai hujan berhenti. Padahal mereka tidak tahu kapan hujan berhenti mereka tetap berteduh. Juga ada yang memaksa tetap berada di bawah air hujan sambil mengebut.

Aku memerhatikan jalanan dari jendela angkutan umum. Posisi paling ternyaman karena angin-angin masuk hingga menyejukkan wajahku. Ahh nyaman sekali. Walaupun sekarang hujan, justru air hujan yang menyiprat membuat aku lebih nyaman lagi. Ditambah angin dan bau hujan.

Aku pernah berpikir bagaimana kalau aku tinggal di dunia sendirian. Aku memang suka sendiri, tapi terlalu egois bukan jikalau hanya aku yang ingin tinggal di dunia sendirian? Lagipula itu tidak akan pernah mengasyikkan.

Di angkutan umum hanya ada aku dan anak sekolah lelaki. Entahlah dia bersekolah dimana. Yang jelas ia sama sepertiku memakai baju putih abu-abu. Kasihan sekali supir angkot sekarang jarang ada penumpang. Mungkin sekarang pada malu untuk naik angkutan umum. Mereka semakin lama semakin kalah dengan apapun yang serba online.

Akhirnya sampai di depan gang sekolahku. Aku turun sembari membuka payung biruku lalu membayar pada supirnya. Berjalan sambil berlindung dari air hujan di bawah payung. Hanya saja sepatuku yang basah karena kecipratan air hujan.

Suasana sekolah sepi karena hujan. Biasanya murid banyak yang datang terlambat untuk menunggu hujan reda. Guruku mengizinkan untuk terlambat jika situasi seperti ini. Tidak ada hukuman berjalan jongkok lagi.

Bel sekolah sudah berbunyi. Di kelas baru beberapa temanku yang datang. Hanya anak-anak rajin yang datang sebelum bel berbunyi walaupun hujan.

Aku melihat handphoneku. Sudah beberapa hari benar-benar tidak ada lelaki yang mendekati ku lagi. Biasanya ada yang mengisi kekosongan hari walaupun hanya satu orang.

"Emang kita kita doang yang datengnya rajin," kata Fita di sebelah ku yang sedang berdiri di depan kelas dari lantai 2. Hujan sudah sedikit reda. Bel berbunyi sedari tadi, tapi murid-murid banyak yang baru datang.

"Lah lu yang biasanya dateng mepet waktu tumben cepet."

"Iya tadi kan gua dianterin. Kalo jalan kaki awang banget gua."

"Ohh," ucapku beroh ria.

"Lu naik angkot tadi?" tanya Fita.

"Iyaa, naik apa lagi selain angkot."

"Ojek?"

"Mahal. Mending angkot 2 ribu hehe."

Sudah 2 jam sejak bel masuk berbunyi tidak ada guru. Sampai setiap kelas penghuninya sudah datang semua. Beginilah sekolahku. Terkadang kalau hujan, guru jarang ada yang mengajar. Freeclass. Situasi seperti inilah yang disukai murid. Udah hujan, tidak belajar pula. Paling enak buat tidur di kelas. Suasananya sangat menentramkan.

"Ke kantin ayo Sym," Fita menghampiriku, mengajakku ke kantin.

"Emang boleh?"

"Boleh kali, orang gak belajar ini."

"Yaudah ayo."

"Lu mau ikut gak Ra?" ajak Fita pada Karra yang sedang memainkan benda pipihnya.

"Ngga, gua bawa bekel," jawabnya.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang