28. Maafin Aku

38 8 1
                                    

Publish : 18 Februari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Aku tahu aku salah. Tapi kamu harus percaya padaku. Sekali aku bilang cinta, cinta itu hanya untuk mu.

***

Hari ini aku menjalani hidup seperti biasanya lagi. Entah cuma sehari atau akan berlanjut. Ya, aku berangkat sekolah naik angkot lagi. Angkas kemarin mengirimi pesan bahwa dia tidak bisa menjemputku. Tapi perasaanku bilang, ia memang tidak mau menjemputku atau bertemu denganku. Angkas seolah sedang menghindari diriku perlahan.

Perasaanku sangat sedih. Tapi aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harus bisa mendapatkan maaf dari Angkas lagi. Lagipula ini semua memang kesalahanku.

"Pipi lu kenapa biru gitu?" tanya Karra yang baru saja datang.

"Gapapa Ra, jatoh kemarin."

"Boong lu ya? Masa jatoh sampe biru dipipi," tanya lagi tak percaya.

"Bener Ra," tidak mungkin aku harus menceritakan yang sebenarnya pada Karra. Angkas hanya tak sengaja membuat aku luka seperti ini.

Karra melirik tak percaya. "Iyaa dah. Kalau ada apa-apa cerita aja."

"Makasih Ra."

Teman sekelas banyak yang menanyai penyebab pipiku yang biru. Aku jadi risih sendiri. Gimana ya, itu memang disebabkan oleh Angkas. Tapi Angkas tidak sengaja. Pertanyaan mereka di pikiran ku hanya membuat Angkas seolah bersalah. Walaupun aku sendiri gak memberi tahu penyebabnya.

Aku meminta Karra untuk menemaniku ke fotokopi depan sekolah. Sepertinya lebih baik aku memakai masker. Paling juga ditanya, aku bisa beralasan sedang flu.

Ketika sudah membeli masker dan aku dengan Karra berjalan ingin ke kelas, Angkas lewat di depanku bersama Galu dan Septian.

"Weh ketemu best friend kita Gal," hanya Galu dan Septian yang menghampiriku. Angkas tetap melanjutkan jalannya seolah ia tidak melihatku. Aku bisa melihat raut wajah teman-temanku bingung.

"Lu berantem?" tanya Septian.

"Ngga Sep."

"Boong lu ya. Katanya lu udah jadi sahabat kita, ye ga Gal?" Septian menoleh ke Galu, dijawab Galu dengan anggukan. "Masa lu gak mau cerita," lanjutnya.

"Ngga kenapa-kenapa. Angkas cuma lagi.. ku-rang gak enak badan," karena bohong, omonganku jadi belibet.

"Iya juga si, dari tadi dia diem mulu," kata Galu. Berarti, Angkas memang tidak menceritakan masalah kemarin ke siapa-siapa.

"Lu kenapa dah pake masker?" ah Septian sama seperti yang lain, dia penasaran.

"Dia itu pada bi..." aku mencubit pinggang Karra agar tak memberi tahu keadaan pipiku. Aku takut mereka langsung beranggapan penyebabnya Angkas, karena mereka juga mencurigai aku dan Angkas sedang tidak baik.

"Ini gua lagi flu, takut nular nanti," jawabku disertai kekehan kecil, agar mereka tidak curiga. (Mon maap, ceritanya belom jamannya Congorna yaa, eh Corona maksudnya. Gak ada Corona²an di sini, wkwk).

"Ohh. Yaudah, gua ambil dulu temen lu oke," Septian mengalungkan tangannya di leher ku dan berbicara kepada Karra. Galu mengikuti Septian juga. Jadi aku berada di tengah-tengah mereka.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang