24. Kecelakaan

35 8 1
                                    

Publish : 10 Februari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Jangan salahkan rindu, tapi salahkan kenapa kamu rindu padanya.

***

Hari ini aku benar-benar menjadi perhatian. Aku memang suka diperhatikan, tapi bukan diperhatikan seperti ini. Sana sini orang menanyakan hubunganku dengan Catur. Entahlah mereka bertanya sekedar ingin tahu, atau sebenarnya mereka meledekku.

Semua orang sama. Mereka hanya tahu diluarnya saja tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua karena video yang beredar itu. Mereka cuma lihat apa yang mereka lihat dari satu sisi, tanpa melihat sisi yang lain.

Aku berada di tempat paling tidak ku sukai, yaitu kantin. Karra yang mengajakku. Kalau ia tidak memaksa, aku tidak bakal mau diajak olehnya. Apalagi disaat situasi seperti ini.

Aku melihat benda pipihku. Semua mantan sahabatku membuat status bahwa Ay berada di rumah sakit. Aku enggan menanyakannya. Tapi ada perasaan khawatir dan ingin tahu kenapa Ay bisa sampai di rumah sakit. Apalagi dengan keadaan banyak luka ditubuhnya. Jadi mau tak mau aku harus bertanya.

"Ayo Sym."

"Udah?"

Karra mengangguk. "Lu kenapa gak jajan?"

"Males ah."

"Catur Sym," Karra menunjuk ke arah bawah pohon. Benar saja ada Catur sedang berdiri dengan Rigo.

"Yaelah males banget lagi. Lewat tangga sana aja."

"Yaudah."

"Cielahh pacarnya Catur," celetuk Aqsal yang tiba-tiba muncul di depanku.

"Apaansi."

"Lu pacaran sama dia?" aku hanya menggeleng dan menatapnya biasa. Ia bukan kembaran Angkas yang memiliki tatapan sama. Ia tidak ada teduhnya walaupun tersenyum. Entahlah, aku merasa ia seperti bukan orang yang baik.

Aku dan Karra berjalan lagi ke kelas meninggalkan Aqsal yang masih terdiam di tengah lapangan. Benda pipihku bergetar. Aku jadi seseorang yang tidak pernah mematikan data sejak berpacaran dengan Angkas, dan membuka handphone lebih cepat.

Angkas

Phony, kamu ke depan musholla ya. Di sini gak ada orang

Yaudah aku kesana

Tanpa basa basi bertanya mengapa Angkas menyuruhku bertemu dengannya, aku langsung kesana. Oh ya, nama Angkas tidak ku ganti dikontak. Terlalu alay bagiku jika diganti. Lagipula aku bingung harus menamainya apa. Tidak penting juga. Yang penting ia memang benar-benar milikku. Mengganti nama dikontak bukan berarti mengganti dia di hati kan?

Aku bilang pada Karra kalau ingin bertemu Angkas. Dan ya, di bawah pohon itu ada Catur dan Rigo. Sepertinya aku harus lewat lorong kelas dan kantin. Semoga ia tidak melihatku.

"Kas, kenapa?" senyumku lebar. Ah, padahal tadi sewaktu berangkat sekolah aku berangkat dengannya. Mengapa aku merasa tidak bertemu dia lama?

Angkas mengusap poniku. "Kamu selalu nurutin hobi aku."

"Hobi?" ia bertanya sambil tersenyum.

"Iyaa. Kamu kalau ngusap poni aku, itu udah jadi hobiku. Jadi kamu udah muasin apa hobi aku."

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang