21. Ditembak?

44 9 4
                                    

Publish : 29 Januari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

(Semua akan indah pada waktunya).

Kata-kata itu benar. Sabar dan bersyukur adalah kuncinya.

***

Rintik hujan masih turun membasahi perumahan ini. Memang tidak terlalu besar, tapi kata Angkas, justru gerimis seperti ini bisa membuat pusing. Angkas? Nama itu yang seharusnya aku benci, tapi malah sebaliknya. Aku menoleh di sebelahnya. Aku berbunga-bunga karena perkataannya. Untung saja aku bisa menahan diri agar tidak berjingkrak-jingkrak kesenangan.

Tubuhku mulai menggigil. Berdiam diri meneduh seperti ini malah membuat kedinginan. Ditambah angin-angin yang lewat menambah kedinginan lebih berasa. Lebih baik di bawah runtuhan hujan sekalian seperti tadi.

"Phony, kamu kenapa? Kamu kedinginan?" tanya Angkas. Ia tahu saja kalau aku kedinginan.

"Apasi Kas ihh, kamu kamu aja."

"Bibir kamu udah pucet gitu. Angkas anterin pulang sekarang aja ya?!" Angkas mengabaikan perkataanku.

"Gak ah, nanti diomelin lagi. Udah gak bawa tas, basah kuyup lagi."

"Udah gapapa nanti aku yang bilang."

Aku menatap sinis ke arahnya. Angkas bertanya padaku. "Kenapa kamu malah gitu? Kamu gitu malah lucu," ia memegang dahi merapihkan poni tipisku. Aku memundurkan kepalaku.

"Alay tau. Nanti cewenya marah lagi."

"Yang mana? Yang di sebelah Angkas?" wajahnya menyebalkan. Bukan wajahnya sih, perkataannya menyebalkan.

"Ihh Angkas ihh serius."

"Iya Phony, Angkas bercanda. Lagian Angkas gak ada cewe," ia menjeda perkataannya.

"Angkas gak pernah mau deket sama perempuan yang gak kaya Symphony."

"Gak mau deket sama perempuan gimana? Itu Karen dikira bukan perempuan kali ya," ketusku dalam hati.

"Itu Karen deket karena dia rumahnya masih satu perumahan," mengapa ia tahu apa pikiranku?

"Yaudah berati sama aja deket sama perempuan selain gua," aku langsung mengalihkan pandangan ke depan.

"Mau bantu Angkas gak?"

"Apa?"

"Bantu Angkas biar ada pacar," aku menelan salivaku. Baru saja senang, ia malah meminta bantuan seperti itu. Mana yang katanya ia suka padaku?

"Caranya?" aku berbicara sedikit ketus.

"Caranya Symphony jadi pacar Angkas," deg. Sang Pencipta, tolong hamba. Jangan lebay Sym. Astagfirullah sampe ngucap kan.

"Aa.pa.. Sih Kas. Yang jelas apa kalo ngomong," aku langsung salah tingkah. Bagaimana mungkin seorang Smyphony ditembak seperti ini tidak salah tingkah? Ditembak? Apa benar aku ditembak?

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang