11. Sepeda, Kenangan, dan Hilang?

75 11 0
                                    

Publish : 11 November 2020

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Kenangan adalah satu hal yang penting untuk diingat, diceritakan dimasa depan. Sekecil apapun kenangannya.

***

Perasaanku jauh lebih tenang. Sekarang aku tidak takut lagi dengan yang namanya ketinggian. Itu semua karena Angkas. Angkas yang sudah menghilangkan rasa ketakutanku dengan cara dia sendiri.

"Pulang nih Kas?" tanyaku pada Angkas setelah turun dari bianglala.

"Lu nanyanya kaya gak pengen pulang. Lu masih mau sama gua?" ledeknya.

"Ihh ngga, orang gua beneran nanya."

"Muter-muter dulu aja gimana?" tatapannya benar-benar tidak berubah ketika aku sudah dekat dengannya.

"Muter pasar malem?"

"Iyalah, masa muter-muter begini," kata Angkas sambil muter-muterin tubuhnya. Aku tertawa. Ternyata Angkas suka bercanda.

"Jangan dong nanti pusing." ia membalas hanya dengan senyuman, aku ikut membalasnya.

Aku dan dia membeli pop ice dan gulali. Gulalinya hanya satu, katanya "takut gak abis, gulali nya gede."

Sepertinya dia kurang menyukai makanan manis. Es krim aja dia tidak membelinya waktu itu kalau bukan Aku yang mempengaruhinya. Aku bertanya padanya karena penasaran.

"Lu gak suka manis?"

"Suka."

"Kenapa gak beli satu-satu aja? Tadi mah kalo gak suka manis gak usah beli ini," kataku sembari menaikan pop ice.

"Suka Sym.. Gua cuma gak mau banyak makan manis, nanti giginya bolong," katanya dengan candaan. Seperti biasa, aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala dan sedikit tertawa.

Setelah menghabiskan makanan dan minuman yang kami beli, aku dan Angkas berkeliling sebelum pulang. Aku teringat kenangan di sepeda ini.

Benda berwarna pink itu mengelilingi perumahan. Penaiknya mengeluarkan suara terdengar seperti orang yang paling bahagia.

Dunia ini menjadi lebih indah ketika bersama sahabat. Tidak ada kata jaim. Semua menjadi apa adanya ketika bersama sahabat.

Roda dua itu terus berputar. Aku seperti tidak punya masalah kali ini. Apa mungkin karena umurku masih remaja? Aku belum memikirkan hal-hal dewasa, hanya bermain saja.

"Ehh ke sebrang yuk, beli bubble," ajak Ifah.

"Ayo." saut Firdah. Sedangkan aku dan yang lainnya menunggu dilapangan rumah kami.

Ifah, dan Firdah pergi membeli bubble naik sepeda milik Firdah. Aku dan yang lainnya menunggu ditempat biasa kami main.

Ay yang bosan menunggu, meminjam sepedaku untuk berkeliling lapangan. Keisenganku padanya, aku tiba-tiba naik dibelakang dia. Ay terkejut. Disitulah aku bahagia sekali bisa tertawa bersama Ay. Ditambah lagi Rana mengejar kami dari belakang. Kami teman sejak kecil, aku bahagia selalu dekat dengan mereka.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang