Publish : 16 Februari 2021
SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'
***
Ingin rasanya jadi orang yang tidak perasa dan tidak peduli dengan sekitar.
***
"Aku males sekolah Kas. Tadi mah kamu jangan paksa-paksa aku," ucapku ketika sedang menuju sekolah.
"Bapa, Mama kamu udah ngebesarin kamu, ngebiayain kamu. Tapi kamu gak mau sekolah karena satu masalah?"
"Ya aku tahu ini cuma satu masalah, tapi berat Kas rasanya," seandainya aku bukan orang yang perasa dan bisa tidak peduli dengan orang sekitar, pasti aku tidak akan selebay ini.
"Phony, kamu yakin kan kalau aku terus ada buat kamu?" Angkas bertanya padaku. Seingatku pertanyaan itu sangat sering ia ucapkan. Mungkin Angkas berusaha terus meyakinkanku bahwa dia selalu ada untukku. Kami saling bertatapan lewat spion. Aku mengangguk dan ia mengerti.
"Jadi kamu gak usah ngerasa berat. Ada aku yang entengin," sebenarnya aku tahu Angkas mencoba menghiburku dari kata-katanya. Ia juga sedikit terkekeh. Perasaanku masih belum tenang seutuhnya. Tapi setidaknya Angkas telah mengurangi perasaan berat itu.
Kami sudah sampai di sekolah. Angkas memarkirkan motornya, dan aku menunggu di belakang Angkas. Banyak orang yang menatapku. Jelas ini sudah ku tebak. Mungkin mereka membicarakan ku seperti ini, "itu orang yang kemaren ribut bukan sih? Itu kan yang katanya deket sama siapa, jadian sama siapa. Dia kan yang katanya mainin perasaan orang," mungkin saja mereka membicarakanku seperti itu. Atau ada yang lebih parah lagi. Entahlah.
Aku jadi merasa bersalah dengan Angkas. Pasti ia juga mendapatkan cibiran dari orang-orang karena aku.
Angkas tiba-tiba memegang bahuku membuat terkejut.
"Padahal aku pelan, kamu sampe kaget. Bengong ya?" tanya Angkas. Aku membalasnya dengan tersenyum tipis.
Ada perubahan hari ini. Angkas yang tidak pernah menggenggam tanganku ketika di sekolah, tiba-tiba ia menggenggam tanganku. Aku pernah bilang padanya, "Kas, aku gak mau jadi pacar yang manja, yang apa-apa selalu dibawain. Aku kan mandiri," mangkanya setiap sekolah Angkas tidak pernah mengantar ku ke kelas terlebih dahulu.
"Ke kelas aku dulu ya."
"Ngapain?" tanyaku dengan terkejut.
"Kamu nganterin dulu aku ke kelas," Angkas memintaku ke kelasnya. Tapi sepertinya bukan itu alasannya. Angkas punya maksud lain.
"Gak mau Kas, kan kamu tau.."
"Gapapa, kan ada aku," potong Angkas cepat. Angkas selalu bisa meyakinkanku hanya dengan senyuman. Entah aku yang mudah luluh apa memang aku mau mengikuti perkataannya.
Angkas menggenggam tanganku menuju kelasnya. Ketika sudah sampai, ia memaksaku masuk. Padahal ku kira hanya sampai depan kelasnya saja. Angkas terus meyakinkan agar aku mengikutinya. Kelasnya memang belum terlalu ramai. Tapi, orang-orang itu, lengkap semua.
Akhirnya aku masuk ke kelas Angkas digenggam tangannya. Jangan tanya aku jadi perhatian apa tidak. Jelas saja mereka langsung menatap ke arahku dan Angkas. Aku melihat tatapan Karen, tatapannya sinis. Aku langsung membuang tatapan itu ke arah lain. Tiba-tiba, Karen turun dari meja dan menabrakku pergi dari kelas Angkas. Aku hanya mengaduh dan memegang bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kisahku (TAMAT)
Teen FictionAku adalah gadis ceria yang berubah menjadi gadis polos dan pendiam yang membuat orang bosan karena ku. Aku ingin merubah masa-masa suram ku menjadi masa yang lebih berwarna. Apa aku bisa? Apa justru kehidupanku nantinya akan lebih suram dari sebel...