20. Dia Suka Padaku

32 9 1
                                    

Publish : 26 Januari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Setiap orang pasti mempunyai masalah. Yang membedakan yaitu masalahnya sendiri, dan bagaimana cara kita menghadapi masalah itu. Semangat. Skenario Sang Pencipta pasti indah.

***

Ia berlari ke arahku dan.. langsung memelukku.

Jelas saja aku terkejut apa yang ia lakukan terhadapku. Tubuhku mematung, menatap lurus ke depan. Membiarkan orang yang ada di depan memelukku. Aku masih tidak mengerti situasi ini. Tidak ada senyuman yang tercetak dibibir ku. Bagaimana mau senyum ketika sedang seperti ini.

Aku mendorongnya. Menatap dengan tatapan tak suka sambil tersedu-sedu. Berdiam diri lagi saling menatap. Aku berbalik dan meninggalkannya. Ia menghalangi jalan di depan ku. Aku terus berusaha agar bisa lewat dan pergi darinya.

"Phony, jangan ujan-ujanan nanti sakit," ujar Angkas berusaha mengalahkan suara hujan. Ya, Angkas. Orang yang menghampiriku. Padahal tadi ku lihat ia dengan teman-temannya membicarakan ku. Mengapa ia di sini?

Aku tetap diam tak bergeming. Angkas mengeluarkan boneka yang ia pegang di belakang punggungnya. Orang ini misterius. Angkas selalu berbuat yang tidak pernah ku pikirkan.

"Maaf Phony, bonekanya basah," aku masih diam.

"Maaf Phony, bonekanya gak ada yang warna ungu atau biru. Angkas beliin yang bajunya ada ungunya aja ya," lanjutnya. Aku masih berdiam diri.

"Phony jangan di sini nanti sakit," aku langsung mundur darinya lumayan jauh.

"Ngapain lu di sini?" teriakku mengalahkan suara hujan.

"APA?" tanya Angkas.

"Lu ngapain di sini?" teriakku makin keras.

"APA?" Angkas sepertinya sengaja.

"Kalo gak ngapa-ngapain misi," aku berjalan melewatinya. Ia memegang tanganku mencegah agar aku tidak pergi.

"Gua gak kaya mereka Sym. Gua gak pernah ikut rencana mereka," aku terdiam berusaha mencerna perkataannya. Ucapannya seolah-olah ia tahu apa yang sedang ku pikirkan.

"Ayo jangan di sini, nanti lu sakit," ia menarik tanganku. Aku membiarkannya. Mungkin ia akan menjelaskan semuanya walaupun aku susah percaya lagi pada orang.

Di angkot aku berada. Aku tidak tahu Angkas ingin membawaku kemana. Aku tidak pernah menengok ke arahnya. Posisiku paling belakang sembari melihat ke belakang. Angkas menggeser tubuhnya di depanku. Aku tetap menghiraukannya. Ia juga tidak mengajakku berbicara.

"Kiri bang."

"Turun Phony," kata Angkas terhadapku. Aku turun tanpa melihatnya.

"Maaf bang duitnya basah," lucu sekali aku mendengarnya. Lagi seperti ini saja aku ingin tertawa. Bahagiaku sederhana.

Angkas membawaku ke penjual bakso. Baju kami basah kuyup. Untung saja kami tidak diusir oleh abang penjual baksonya. Mungkin kalau warungnya lagi ramai bisa-bisa diusir dan tidak boleh makan di sini lagi. Untung saja hanya ada aku dan Angkas, juga satu pembeli.

"Makan yaa biar badannya anget," Angkas membawakan ku semangkok bakso dan teh hangat. Sedangkan bakso dia dibawa oleh abang baksonya. Aku masih belum memakannya.

"Phony, lu harus tahu kalau gua suka sama Symphony yang lagi di sebelah Angkas semenjak awal masuk sekolah."

Deg. Aku menoleh ke arahnya.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang