29. Baikan

35 8 11
                                    

Publish : 20 Februari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Aku terlalu payah untuk menyatakan perasaanku yang sebenarnya.

***

Masker menjadi barang paling penting untuk saat ini. Sebenarnya aku tidak pernah memakai masker, jadi cukup sesak untuk pertama kalinya. Ya, sekarang hari kedua aku memakai masker sih. Tapi aku masih belum terbiasa. Apalagi kalau hawanya lagi panas bawaannya udah pengen dibuka aja.

Hari ini cuaca cerah. Ya, cerah sekali. Mungkin pengaruhnya karena orang yang ada di depanku. Orang yang kupikir marah dan kecewa denganku, tau-taunya dia kecewa dengan dirinya sendiri karena telah melukaiku. Entah sudah berapa kali aku jatuh cinta lagi padanya.

Awalnya aku tidak begitu menyukai kantin karena ramai, tapi, sebagian besar kenanganku ada di kantin sekolah. Kantin jadi tempat saksi dimana dia meminta nomorku. Aku pikir dia modus, ah aku jadi penasaran.

"Kas, pas itu kamu minta nomer aku di sini emang buat bikin grup?"

"Inget?" Angkas malah balik bertanya.

"Ya inget lah Kas, aku gak mungkin lupa."

"Waktu itu kita nganggepnya modus ya Ra?" tanyaku pada Karra yang duduk disampingku dengan tertawa.

"Iya lu cowo modus bisanya minta nomer alesan buat bikin grup," cibir Karra. Hanya candaan.

Angkas melirik Karra dan aku tajam. "Awalnya gitu emang buat bikin grup. Cuma berubah niatnya sekalian buat disimpen nomernya."

"Wihh bisa banget temen gua emang," ujar Galu. Galu duduk di sebelah kiri Angkas. Sedangkan di sebelah kanannya ada Septian. Ya, kami berlima ada di kantin. Baru kali ini juga Karra mengobrol secara dekat dengan Angkas dan yang lainnya.

"Kamu gak tau yang awal-awal ketemu di jalan?"

"Yang aku sama Karra pulang sekolah ketemu kamu terus ngebut?" Angkas mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Itu aku ikutin kamu. Jadi emang aku tau rumah kamu dari awal."

"Aaaa soswit banget..." ujar Septian menggelikan. Ia berpelukan dengan Galu. Aku juga mendengar jawaban Angkas rasanya ingin pingsan. Aku makin tidak kuat dengan sikap misteriusnya Angkas. Angkas benar-benar membuat aku makin dimabuk cinta. Ah, alay sekali.

Hari ini aku senang bisa mendapatkan teman baru. Tertawa puas bersama mereka adalah kebahagian buatku sendiri. Aku pernah bilang, bahagiaku sederhana. Hanya dibuat tertawa saja aku sudah bahagia. Tapi Sang Pencipta memberi lebih dari apapun. Aku sangat bersyukur dan harus terus bersyukur walaupun hidupku terpuruk.

"Kas, maapin gua Kas," Karen tiba-tiba datang membuat suasana berubah. Karen menghampiri Angkas, tetapi ku lihat Angkas tidak menoleh sama sekali ke arahnya.

"Minta maaf sama Symphony, bukan gua," Karen menoleh ke arahku sehingga tatapan kami bertemu, lalu ia mengalihkan lagi ke arah Angkas.

"Kas sumpah Kas, gua nyesel kemarin udah bikin keributan sama Smyphony dan, iya gua ngerencanain itu sama Catur. Tapi buat yang nyium gua gak tau," semua terkejut. Jelas-jelas aku dan Angkas menjaga kejadian kemarin, tapi percuma karena dibongkar juga sama Karen.

"Nyium apa gila?" teriak Galu.

"Nyium tembok," tungkas Karen. Galu menatap Karen sebal.

"Kalau gak mau minta maaf yaudah, jangan pernah jadi temen gua lagi," ketus Angkas pada Karen.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang