22. Hari Baru

26 9 7
                                    

Publish : 31 Januari 2021

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Satu kata untuk hari ini, aku bahagia.

***

"Hah, jam berapa ini?" kalian tahu kan bangun terkejut itu gimana? Dada berdebar kencang tak karuan. Kepala kliyengan saat bangun terkejut.

Aku adalah orang yang takut untuk terlambat sekolah. Oleh sebab itu dadaku berdebar kencang. Mungkin kalian akan menganggapnya ini terlalu lebay. Tapi mau gimana lagi, toh aku juga yang merasakannya.

Aku bingung, didahiku terdapat handuk tebal. Biasanya orang-orang memakai itu karena demam. Apa aku demam karena kehujanan kemarin? Lagipula mamaku tidak pernah seperti ini. Biasanya aku sakit hanya didiamkan. Paling tidak cuma ditanya. Nanti juga sembuh dengan sendirinya. Aku pun tidak begitu peduli dengan kesehatan ku. Ada yang sama?

Buru-buru aku keluar kamar dan protes pada mamaku.

"Mah ko gak bangunin aku si,"

"Salah sendiri gak denger alarm."

"Ahhhh, jam berapa ni?"

"Tuh kamu udah telat 2 jam," kata mama sembari menunjuk jam di dinding.

"Ihh mama tuhkan. Ihh gimana mah ntar alfa besoknya takut ditanyain, nanti dihukum. Bukannya bangunin ihh," aku benar-benar panik. Rasa-rasa ingin menangis. Aku tidak pernah senakal ini sampai alfa. Apalagi kemarin aku keluar dari sekolah. Sang Pencipta, tolong.

"Yah orang kamunya panas, masa mau sekolah,"

"Ahh tetep aja ihh," mau kurang sehat, mau sedang sakit, aku tidak pernah izin sekolah, apalagi alfa. Jantungku tidak bisa berhenti deg-degan. Mau izin juga semuanya sudah terlambat. Sudahlah aku harus menerima nasib besoknya. Walaupun aku super panik dan takut.

Aku kembali ke kamar. Sejenak pikiran takut ku hilang dan mengarah untuk memikirkan Angkas. Ahh, laki-laki itu sudah membuatku makin jatuh hati kepadanya.

"Ohh iya bonekanya," aku mengeluarkan boneka rilakkuma berbungkus plastik karena basah dari Angkas di dalam tasku. Kucium bonekanya sedikit bau karena sudah basah, disekep pula.

"Ishh. Lupa lagi, aturan kemarin langsung dikeringin."

"Dijemur deh sekarang," aku menjemur boneka di depan rumah di bawah sinar matahari, lalu langsung ke kamar lagi.

"Mon, aku seneng banget Mon," gilaku kambuh berbicara sama boneka.

"Monnnnn aaaaaaa."

"Monnnn benerannn ih gimana," kupeluk boneka doraemon itu dengan greget. Seharusnya greget karena sesuatu yang menggemaskan, tapi ini juga menggemaskan. Hidupku yang menggemaskan. Dia jauh lebih menggemaskan.

Sesuatu terpikirkan olehku. Aku teringat perkataan Angkas kemarin. Ia tahu aku menyukai boneka doraemon dan rilakkuma. Ia juga tahu apa warna kesukaan ku. Dan.., boneka doraemon ini, boneka yang sering ku lihat di toko boneka itu. Setelah itu pun aku bertemu dengan Angkas dan sepulangnya boneka ini sudah ada di rumahku.

"Apa iya Angkas yang ngasih ini?"

"Ya ampun, ko aku jadi yakin dia yang ngasih," aku memegang dadaku yang berdebar, sembari menatap boneka itu.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang