10. Dibawah Langit Malam

78 11 1
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Langit terang tidak selalu begitu menyenangkan. Begitu juga dengan langit gelap, tidak selalu menakutkan.

***

Disinilah aku berada. Disebuah taman yang cukup sepi. Hanya satu-dua orang saja yang berlalu lalang ditaman ini. Duduk ditaman memang sudah menjadi hobiku. Melihat langit luas, sembari menghirup udara tenang malam hari membuat seluruh perasaan menyakitkan hilang sesaat.

Bola lampu taman yang menyala terang berwarna putih membuat pemandangan taman menjadi lebih menenangkan. Entah kenapa menenangkan. Mungkin saja aku terlalu menikmati keadaan sepi seperti ini. Selain kamarku, aku juga suka duduk ditaman sembari membawa buku diary kecilku.

Angin kecil selalu lewat menyejukkan tubuh. Mengibaskan rambutku ke belakang sampai masuk ke celah-celah rambutku, hingga perasaanku.

Aku menarik napas panjang. Yaa, angin seperti ini membuat aku sedikit lebih rilex. Sungguh aku sangat suka. Angin malam membuat keadaan semakin terasa menenangkan.

"Symphony," terdengar suara laki-laki yang memanggilku. Sontak aku langsung menutup diary ku dengan gerakan cepat.

"Angkas. Lu ngapain disini?" tanyaku heran.

"Lu yang ngapain disini sendirian? Gak baik perempuan sendiri malam-malam gini," kata Angkas menghiraukan pertanyaanku.

"Gua.. Gua kan emang sering ke sini malam-malam," jawabku.

"Kalo gua temenin boleh?" tanya Angkas membuat ku membelalakan ke dua mataku terkejut.

"Bo..leh," jawabku ragu-ragu.

Angkas langsung duduk di sebelahku. Spontan aku langsung menggeserkan tubuku agar lebih jauh dari Angkas. Suasana jadi berbeda ketika Angkas datang dan duduk di sebelah ku.

Aku langsung membuka buku diary ku. Membaca ulang cerita-cerita kehidupan yang sudah ku tulis sebelumnya. Menghiraukan Angkas yang duduk di sebelahku.

Angkas mengintip di sebelahku yang sedang membaca. Aku langsung menutup diary ku, lalu langsung membacanya lagi ketika Angkas sudah duduk seperti biasa. Tapi lagi-lagi Angkas mengulangnya lagi. Dan aku langsung menutupnya agar ia tidak melihat isi diary ku.

"Baca apa si? Sambil senyum-senyum lagi," tanya Angkas dengan nada sedikit kesal.

"Kepo lu," tungkasku.

Terlihat Angkas kesal dengan jawabanku. Aku membiarkannya. Eskspresi Angkas seperti itu sangat lucu. Dengan bibir dimajukan, ke dua tangannya dilipat ke perutnya, dan satu kaki diangkat ke atas kaki lainnya.

Aku menertawakannya lalu berkata, "Biasa aja kali mukanya."

"Biasa ini Sym."

"Udah biasa tapi itu bibir masih dimajuin," isengku sembari menarik bibir Angkas. Apa kalian tahu? Aku langsung bertatapan dengannya, dan langsung membuang muka ke arah lain. Mungkin wajahku saat ini sedang memerah.

"Lagian ko lu bisa di sini?" tanyaku ketika sudah biasa saja.

"Tadi.. gua sekalian lewat sini aja terus liat lu," jawabnya sembari menggaruk belakang kepalanya yang sepertinya memang tak gatal. Jawabannya seperti tidak yakin.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang