16. Hobi

48 11 1
                                    

Publish : 27 Desember 2020

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Hobiku adalah mencintaimu dalam diam. Tapi bodohnya aku cita-citaku yaitu bisa memilikimu.

***

"Ayo pulang sama gua."

Lelaki itu mendekat ke arahku. Tatapannya tak mengalihkan pandangannya dariku. Aku malah yang mengalihkannya. Aku tidak mau memberi harapan lebih kepadanya. Catur. Dia lah yang mendekati ku. Bukannya geer, tapi perasaanku sendiri bilang kalau Catur sedang mendekatiku.

"Ayo," aku selalu mau jika di tawarkan tebengan. Terutama laki-laki. Kalau perempuan, pasti ada saja yang membuat berantam. Laki-laki menurutku tidak pernah perhitungan.

Seperti biasa aku menunggu di samping sekolah agar tidak ada yang melihat. Walaupun ada yang melihat juga semua orang sudah menyangka aku berpacaran dengannya.

Akhirnya aku dan Catur sudah jalan pulang. Di perjalanan, Catur membuat kesalahan lagi. Motornya berhenti mendadak 2 kali. Apalagi di belakangnya lagi ada orang. Untung saja orang itu tidak marah dan menabrak motor Catur.

Aku memukul punggungnya tidak seperti kala itu hanya berdiam diri. Terasa sekali jika ia gerogi. Sebal sekali rasanya. Ia selalu membuat kesalahan. Untung saja tubuhku tidak maju ke depan, hanya kepala yang menabrak punggungnya. Kalau tidak bisa keenakan dia.

Keesokannya.

Aku pulang dengan dia lagi. Mengapa dia jadi bersamaku terus? Aku tidak mau menolaknya. Sebenernya aku juga mau pulang dengannya, tapi aku sebal karena Angkas yang ada dalam hatiku. Aku hanya ingin dekat dengannya.

Maaf mungkin kalian bosan membaca cerita ini. Mungkin alurnya selalu di ulang-ulang, dan membingungkan mungkin ya? Tapi memang kisahnya seperti ini. Aku tidak ingin ada yang terlewat sedikit pun.

"Ciee Catur," ledek siswa-siswi yang melewati ku dan dia.

"Cieelaahh Turrr," Rehan, Galu, Septian datang dan ikut meledek. Catur malah tertawa-tawa diledek seperti itu. Aku yang tidak peduli dengan ledekannya. Bukan tidak peduli. Lebih tepatnya malas saja tak berbuat apa-apa. Rigo yang hanya menonton adegan itu dengan senyum-senyum. Aku naik di depan sekolah kali ini.

Catur sengaja membuat tubuhku maju mundur di atas motor. Ia mengegas motornya lalu di rem lagi. Maaf Tur, aku jadi tambah ilfil. Mereka tambah meledek, "eaaa, eaaaa."

Bodohnya aku, aku hanya diam di perlakukan seperti itu. Mengapa ya, terkadang suka terpikir di akhir setelah kejadian? Aku sendiri pun bingung.

Catur menjalankan motornya. Kesalahan terulang lagi. Sebenarnya bukan salah dia juga si. Hanya saja itu motornya, tetapi tetap saja salahnya. Justru karena motornya jadi salahnya. Apalagi ia telah melakukan kesalahan berulang kali.

Ban motornya bocor ketika sudah dekat dengan rumahku. Kalau jalan kaki bisa di bilang jauh. Ya masih jauh si sebenarnya. Intinya seperti itulah. Mungkin pembaca bisa membayangkannya seberapa jauhnya. Lagi pula aku sudah terbiasa berjalan kaki.

Aku mendorong motornya bersama dia ke depan rumah yang halaman depannya cukup luas untuk meminggirkan motor. Ban motornya bocor pas sekali memasuki gang, jadi tidak di jalan raya. Untung saja bukan di jalan raya, jadi tidak malu banget karena diliat orang banyak.

Kenangan pertama ban bocor di tebengin oleh lelaki. Mendorong motor dengan seseorang biasanya adegan itu yang sering ku lihat difilm-film. Tapi hari ini juga aku merasakannya. Sepertinya aku akan merindukan adegan ini. Aku jadi bersyukur kenal dengannya karena mempunyai kenangan unik untuk di ceritakan di masa depan. Sebuah kenangan yang akan mengisi lembar diaryku dan memori kepalaku. Hatiku? Entahlah.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang