Publish : 15 November 2020
SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'
***
Rasa senangku itu simpel. Hanya dibuat tertawa saja aku sudah bahagia.
***
Enaknya orang-orang yang sudah berubah. Berubah menjadi lebih cantik, berubah menjadi lebih asik, berubah kehidupannya yang tadinya banyak teman, dan sekarang lebih banyak teman lagi.
Terkadang perasaan iri suka muncul. Memilih lebih bersyukur atas segala nikmat yang sudah diberi Sang Pencipta. Tapi apa boleh buat, hati selalu merasakan sesak yang tak diinginkan.
Sekolah belum begitu ramai. Aku selalu datang ke sekolah jauh sebelum bel berbunyi. Angkutan umum sekarang sangat langka. Aku takut telat karena angkutan umum lama sekali lewatnya. Jadi aku menunggu dari waktu lama.
Terkadang aku selalu kesal dengan apa yang di alami. Perasaan iri manusiawi muncul selalu dalam diriku. Melihat lihat orang berlalu lalang menggunakan motor mereka sendiri. Bagiku, ini berat. Karena sekarang zaman semakin maju. Bukan zamannya dimana dulu tidak malu untuk naik angkot ramai-ramai. Satu angkot pun penuh dengan anak sekolah.
Tapi apa sekarang, anak SMP pun sudah membawa motor masing-masing. Bahkan anak SD sudah bisa mengendarai motor. Aku sungguh ketinggalan zaman. Tidak lah, zaman tidak pernah mengikutiku. Ia egois. Ia sungguh egois bukan?
Andai saja aku hidup di negara maju, motor tidak begitu penting di negara itu. Tapi aku selalu bersyukur hidup di negara ini, aku tidak pernah menyesalinya.
Berjalan sendirian seperti ini buatku sangat menyenangkan. Perasaan menjadi lega. Tidak ada satu manusia yang mengganggu. Tidak tahu mengapa, aku memang seperti itu. Rasanya berjalan sendiri sambil melihat situasi sangat menyenangkan. Lebih tepatnya menenangkan.
Aku yang sedang menikmati keadaan ku sekarang, tiba-tiba ada yang menghampiriku.
"Sym."
"Kenapa?"
"Ini punya lo bukan?" Aqsal menyodorkan sebuah diary. Diary itu ternyata punyaku yang hilang tadi malam.
"Eh iya, ko bisa ada di lu?"
"Tadi malem gua nemu dijalan," katanya.
"Pantes gua gak nemu pas nyariin," kataku dengan memeluk diaryku.
"Tenang, gua gak baca diary lo," sepertinya Aqsal mengetahui bahwa aku khawatir dia membacanya. Aku menatap matanya. Ternyata setelah ku tatap lagi, tatapan Aqsal walaupun dingin, tetapi tidak ada teduhnya. Beda dengan Angkas yang membuat aku ingin menatapnya lama. Aku langsung mengalihkan pandanganku darinya.
"Yaudah makasih, gua ke kelas dulu," kataku lalu aku langsung ke kelas.
Aku pun menaiki tangga, tetapi malah bertemu Angkas. Senyumku mengembang saat bertemu dengannya, lalu berjalan lagi. Angkas tiba-tiba menarik tanganku. Lagi dan lagi tanganku bertemu dengan tangan Angkas. Yang membuatku senang, bukan aku yang memegangnya duluan, tapi Angkas. Aku hampir terpeleset karenanya. Diary yang ku pegang terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kisahku (TAMAT)
Teen FictionAku adalah gadis ceria yang berubah menjadi gadis polos dan pendiam yang membuat orang bosan karena ku. Aku ingin merubah masa-masa suram ku menjadi masa yang lebih berwarna. Apa aku bisa? Apa justru kehidupanku nantinya akan lebih suram dari sebel...