3. Ribuan Bintang Dalam Kesendirian

161 15 7
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA 'INI KISAHKU'

***

Aku seperti bintang diatas sana. Ramai, tapi lebih memilih menyendiri dalam kesunyian. Bedanya, bintang itu masih bersinar terang. Sedangkan aku, hanya air mata yang berlinang.

***

Aku sedang berada dikantin dengan Karra hanya berdua saja. Aku terpisah dari Ibel dan Lily karena mereka juga sudah ada teman dekat di kelas, jadi aku tidak ke kantin dengan mereka berdua.

Aku duduk dikantin dengan Karra sembari menyeruput pop ice yang ada didepanku. Melihat suasana kantin seramai ini, sungguh aku tak suka. Rasanya aku ingin pulang saja ke rumah menyendiri dikamarku.

Aku yang sedang meminum pop ice, dengan memikirkan berbagai macam yang ada dikepalaku, tiba-tiba, ada laki-laki yang kemarin belum aku ketahui namanya, menyodorkan handphonenya ke arahku.

"Eh, bagi nomer lu dong," katanya sembari menyodorkan handphonenya ke aku. Aku langsung menatap heran ke arah Karra sebentar, lalu bertanya padanya lagi.

"Hah," aku terkejut.

"Buat apa?" tanyaku heran.

"Buat itu bikin grup angkatan."

"Grup angkatan?" tanyaku lagi. Dia mengangguk sebagai jawaban.

"Nanti gua ke sini lagi," kata dia. Dia langsung beranjak pergi dari kantin, sedangkan handphonenya sudah ada digenggamanku. Semua orang yang ada dikantin langsung menoleh ke arahku dan senyum-senyum tak jelas.

"Ra, gimana ni?"

"Ini dia beneran mau bikin grup gak si?" aku bertanya bingung pada Karra. Bukan bingung, tapi bisa dibilang panik. Aku menggigit jariku, karena aku tak tahu harus memberikan nomor ku atau tidak.

"Itu mah cuma modus doang dia," ujar Karra.

"Terus gimana dong?" aku makin kebingungan. Pada akhirnya, aku mengetikan juga nomor ku dihandphonenya. Tak lama kemudian, dia balik lagi.

"Udah?" tanyanya.

"Udah nih cari aja. Gua namain Symphony," ucapku sembari memberi handphonenya pada dia.

"Ini gua doang ni? Temen gua?" aku bertanya lagi.

"Yaudah dah, tulis aja," katanya seperti orang bingung. Terlihat ia menggaruk belakang kepalanya yang sepertinya memang tak gatal.

Aku jadinya hanya menuliskan nomorku saja. Setelah itu, dia pergi dari kantin. Tapi ada laki-laki yang bertanya padanya.

"Eh, dia doang yang dimintain? Gua mana?" tanya seorang laki-laki yang tidak aku ketahui namanya.

Yang jadi pertanyaanku, kenapa harus aku yang dimintai nomor? Padahal ada Karra juga. Apalagi dia mintanya didepan banyak orang seperti tadi.

Semenjak dimintai nomor, aku jadi menunggu-nunggu apakah dia akan chat aku atau tidak. Aku selalu memikirkan apa dia benar-benar minta nomorku hanya untuk bikin grup, atau cuma akal-akalan dia saja. Setiap detik, aku selalu membuka aplikasi whatsapp ku menunggu notifikasi yang datang dari dia. Jujur, baru kali ini aku merasakan hal seperti ini lagi.

Ini Kisahku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang