28

4.3K 617 61
                                    

"Apa susahnya sih buat minta tolong sama aku?" Bani berdiri tepat di ambang pintu kamar mandi, ia baru saja bangun dan sudah dapat menyaksikan betapa mengenaskannya sosok perempuan yang kini tengah duduk berlutut di lantai, dengan dahi bersandar pada dudukan kloset.

Bani tidak percaya kalau Kynara masih bisa menganggap keberadaannya seolah tidak kasat mata. Bahkan pagi ini, isterinya itu sudah lebih dulu bangun untuk membuat dan memakan sendiri sarapannya, sebelum Kynara berakhir berlutut di depan kloset untuk memuntahkan kembali semua isi perutnya seperti saat ini.

Kynara memang belum menjawab sama sekali pertanyaan barusan, karena serangan dari dalam perutnya sudah lebih dulu membuatnya kembali sibuk memuntahkan sarapannya ke dalam kloset. Kini tubuhnya terasa begitu lemas, bahkan untuk sekedar bangkit dan kembali berjalan ke kamar. Rupanya ia tetap tidak menyerah untuk berupaya berdiri sendiri dengan bertumpu pada tembok kamar mandi.

"Ra... please jangan kayak gini. Kamu itu lagi hamil."

"Kenapa emangnya kalau saya lagi hamil?"

"Jangan berusaha keras untuk jadi semandiri ini Ra, Aku yang punya kewajiban buat ngurusin semua kebutuhan kamu."

"Mas, kalau kata-kata kamu saya balikin gimana?"

"Maksud kamu?"

"Iya, coba bayangin, gimana rasanya jadi saya. Bagaimana saya bisa menerima semua kebaikan kamu itu, di saat saya tau kalau kamu gak benar-benar melakukannya untuk saya?" Kynara berjalan keluar kamar, ia berakhir duduk di atas sofa ruang tamu dan memejamkan matanya sejenak.

Dan Bani tiba-tiba saja datang untuk duduk bersila di lantai, tepat di hadapan kedua lutut isterinya. "Terus kamu pikir aku ngerawat kamu buat siapa Ra?"

"Mas, saya capek bahas ini terus."

Bani menghela napasnya frustrasi, ia berakhir menopang dahinya di atas kedua lutut Kynara untuk kembali berucap, "Kamu jangan tidur di kamar Arka lagi ya nanti malem, tidur sama aku aja."

"Kenapa larang-larang?"

"Ra, apa aku udah gak bisa minta tolong lagi sama kamu? Kamu maunya aku ngapain? Nyembah di kaki kamu?"

"...."

"Apa kita, gak bisa balik kaya dulu lagi aja Ra?"

Lama Bani menunggu jawaban Ara bagi pertanyaannya itu, tapi sesuatu yang tiba-tiba muncul dari dalam perutnya, menghentikannya untuk tetap menunggu. Apa yang ia lakukan setelahnya adalah segera berlari menuju kloset kamar mandi, dan memuntahkan seluruh isi perutnya di sana.

***

Posisi mereka seolah berbalik, kini Ara tengah memerhatikan Bani dari ambang pintu kamar mandi. Pria itu sudah menghabiskan sore harinya di sana dengan wajah yang semakin pucat. "Ini isi perut udah keluar semua, tapi kenapa aku masih mual gini ya Ra? Padahal yang hamil kan kamu."

Ia melihat Ara yang hendak mendekat dengan membawa sekotak tisu, tapi Bani buru-buru mencegahnya. "Lantainya basah, jangan ke sini. Nanti kalo kamu kepeleset gimana?"

Kynara menurut dan tetap menunggu di ambang pintu sampai Bani mendekat untuk mengambil tisu darinya. "Makasih ya."

"Lebih baik makan dulu, perut kosong bikin jadi makin mual."

Bani mengangguk dan menurut mengekori isterinya menuju dapur. Anehnya, sekarang Kynara sudah terlihat jauh lebih sehat daripada tadi pagi.

Saat membuka tudung saji, semangkuk ketupat sayur sudah ada di sana. "Perasaan aku gak liat kamu masak hari ini."

"Tadi delivery."

"Kamu sendiri udah makan sore?"

Kynara hanya mengangguk untuk menjawabnya. Bani tersenyum, ia lega karena tidak seperti pagi tadi, setidaknya Kynara sudah bisa makan dengan tenang tanpa memuntahkan isi perutnya sekarang.

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang