29

4.4K 614 73
                                    


Bani tengah menyelimuti Kynara yang sudah tertidur nyenyak kala sosok bocah kecil itu terlihat membuka pintu kamar dan muncul dengan wajah penasaran yang menggemaskan. "Kita gak jadi pergi ke rumah dedek Kalila ya Pa?"

"Mama sakit sayang. Baru aja ketiduran tuh, jadinya kita batal pergi ke sana deh. Gapapa kan Ka?"

Arka mengangguk, kini kedua mata bocah itu terlihat melebar penasaran. "Mama sakit apa Pa?"

"Gak enak badan doang kok Mamanya. Sini, Arka tidur bareng sama Papa Mama aja malem ini, mau kan?"

"Emang boleh?"

"Boleh dong, sini naik."

Bani tersenyum mengamati kaki-kaki kecil milik Arka yang bergegas naik ke atas ranjang untuk segera merebahkan tubuhnya di sebelah Kynara yang tertidur. Memang tidak perlu menunggu waktu lama untuk bocah itu ikut jatuh terlelap dengan sendirinya, dan kini Bani tengah mengamati dua orang itu dalam diam.

Mulanya ia mengelus kepala Arka, dan menciumi pipi bocah itu, Setelahnya ia berakhir mengamati Kynara yang tertidur tanpa lebih dulu menghapus sisa make up dan mengganti bajunya.

Pertengkaran mereka terakhir kali memang baru bisa berakhir ketika Kynara tiba-tiba merasa mual lagi, dan segera berlari untuk kembali memuntahkan seluruh isi perutnya di kloset kamar mandi.

Akhirnya, perempuan itu malah langsung jatuh tertidur setelah merasa luar biasa lelah.

Bani menaikan selimut sampai ke leher isterinya, menupi gaun malam berkilau yang belum sempat Kynara ganti. Malam ini ia berakhir mengecup kening isterinya dengan perasaan campur aduk yang begitu merongrong dadanya.

***

Kynara adalah yang pertama kali terbangun esok paginya dan ia langsung saja mendapati tubuhnya sudah di peluk oleh dua orang di sisi kanan dan kiri. Pelukan Arka yang tidak seberapa erat memang bisa dia lepaskan dengan perlahan, tapi pelukan milik Bani tentu tidak.

Di detik ketika Kynara memilih untuk tetap berusaha menggeser tangan kekar itu dari perutnya, Bani justru semakin mengeratkan pelukannya. Laki-laki ini rupanya sudah bangun dan sengaja menenggelamkan wajahnya di leher Kynara dan bernapas di sana.

"Selamat pagi, Mamanya anak-anak."

"Mas, lepasin."

"Morning kissnya dulu dong buat Papanya anak-anak."

"Mas!"

"Heh galak amat sih pagi-pagi."

"Saya mual, kamu mau saya muntahin?"

Dan secepat itu Bani melepas pelukannya. "Kamu beruntung aku takut kena muntah, Ra."

Kynara bangkit dari atas ranjang dan mulai menggelung rambut hitam panjangnya yang tadinya terurai. Ia juga segera berjalan menuju lemari untuk mengganti gaun gemerlap hitamnya dengan pakaian santai.

Bani tentu saja mengekorinya, dan berakhir memeluk pinggang isterinya itu dari belakang. "Mana, katanya mual? Kamu sengaja bohong kan biar gak aku peluk lama-lama kayak tadi?"

Masih dengan posisi memeluk isterinya, Bani tetap mengikuti kemanapun Kynara berlalu-lalang untuk merapihkan kamar. Ia berucap dan mengakhiri keheningan panjang yang sempat melingkupi mereka, "Ra, kita jangan berantem-berantem lagi yuk?"

Lagi-lagi perempuan ini tidak menyahutinya, dan Bani merasa seolah harus menelan bulat-bulat sebuah pil pahit di tenggorokannya.

Kynara baru terdengar bersuara lagi setelah ia telah menutup rapat pintu lemari di depan mereka, "mau makan apa? Saya mau masak buat sarapan."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang