11

4.5K 641 57
                                    

"Entahlah, gue juga pusing."

"Emangnya gak langsung Mas pertegas aja sama itu perempuan, kalo sekarang Mas Bani udah hidup bahagia sama Mbak Kynara dan gak mau diganggu lagi?"

"Belom sempet gue ngomong gitu, dia udah emosi membabi buta duluan. Arka aja sampai nangis kebangun dari tidur siangnya."

"Tapi itu tetap harus lo lakuinlah Mas! Bayangin kalau dia kira selama ini kalian memang masih pacaran dan cuma break sebentar karena dia lanjut S2 ke luar negeri!"

"Calistaaa, ngasih kesempatan dia buat masuk ke rumah gue lagi aja, gue udah gak akan mau, apalagi ketemu. Kemarin Ara juga sempat kelihatan bingung pas lihat Adel tiba-tiba keluar, untung aja dia gak nanya yang gimana-gimana."

"Mbak Ara lihat Adel keluar dari sana?!"

"Iya."

"Tapi gak nanya apa-apa?!"

"Iya."

Dan Bani mendapati perempuan di hadapannya itu mengusap wajahnya frustasi sebelum kembali berbicara dengan lebih meledak-ledak, "Wah gila sih lo Mas! Kalo Mbak Ara gak nanya apa-apa, ya lo harus tetap jelasinlah! Asal mas tahu, perempuan itu gelagat nya doang gak mau kepo, tapi dalam hatinya bisa-bisa udah menggila saking penasaran."

"Situasi nya gak enak Cal, gue takut malah semakin ngebebanin Ara kalo cerita soal Adel."

"Mas, kenapa sih yang beginian aja masih pake harus diajarin? Sekarang gini deh, gimana caranya itu si artis dan penyanyi terkenal kita, Adelia Cantika, bisa berakhir nyewa apartemen persis di depan unit lo sama Mbak Ara?!"

"Cal, pelan-pelan ngomongnya. Kamu mau ledakin studio ini?" Itu suara Brian yang tiba-tiba saja merasa terusik dan berhenti dari aktivitas semulanya, finishing lagu.

Satu-satunya perempuan yang saat ini ikut berada di studio Bintaro bersama mereka itu mendongak dan melembut sebentar untuk membalas perkataan Brian, "bentar ya sayang, aku lagi gregetan nih sama temen kamu!" Ia meletakan kedua tangannya di pinggang saat beralih lagi pada Bani, "jadi, gimana caranya Adel bisa pindah ke sana Mas?"

"Gak tau, kayaknya cuma kebetulan."

"Yakin cuma kebetulan?"

"Hmm." Bani melirik arlojinya sebentar sebelum tiba-tiba melonjak berdiri, "udah siang nih, gue cabut dulu deh bentar. Makasih banget atas sesi konseling singkatnya yee Bu Calista, kayaknya ke depan nanti gue masih butuh dihakimi layaknya seorang pendosa sama lo lagi."

"Lo mau cabut makan ya? Gak bareng aja? Sekalian gue sama Calista juga mau pesen go-food."

"Yang, kamu jangan ganggu. Mas Bani itu mau makan siang romantis sama bininya."

Bani tersenyum dan menaikan kedua alisnya, "Ibu konseling gue ini emang paling ngerti. Cabut ya! Oiya, jangan dipake mesum nih studio, mentang-mentang kedap suara."

"MAS BANI!!! AKU SUMPEL MULUTNYA PAKE MICROPHONE BARU TAU RASA!!"

***

"Jadi kita gak usah jemput Arka nih?"

"Iya, Mama tadi nelpon, katanya dia yang jemput sekalian pingin ajak jalan-jalan ke Mall. Nanti sore abis kamu beres dari studio Bintaro, baru kita jemput Arka dari rumah Mama ya Mas?"

"Lah, Mama yang jemput Arka dari sekolah?"

"Iya."

Bani terlihat terkekeh pelan, "bukan aku doang ternyata yang terpikat sama gemesinnya Arka, Mamaku juga."

Kynara tidak menyahut, ia hanya terlihat tengah sibuk menyetel musik dari audio mobil.

"Kamu mau nyetel musik? Tumben."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang