12

4.5K 611 69
                                    


Tepat setelah Kynara bertanya pertanyaan yang cukup mencengangkan itu, Bani memang sampai terbatuk-batuk dan segera menepikan mobil mereka di jalan hanya karena ia lumayan kaget. "Kamu serius?"

Kynara tidak mengangguk dan itu sebenarnya membuktikan bahwa ia pun masih ragu dengan keputusannya sendiri. Tapi sebagai seorang istri, ia rasa memang inilah hal yang menjadi kewajibannya.

"Seperti yang dianjurkan sama Eyang Rama, beberapa kali saya sudah coba untuk latihan masturbasi sendirian dan semuanya baik-baik saja."

"Gak panik atau keringet dingin?"

"Gak sama sekali."

Tangan suaminya itu kemudian terulur untuk meraihnya ke dalam sebuah pelukan. Sambil mengelus kepala isterinya Bani berucap, "good job, you're doing a very good job, Kynara."

Ara mengangguk, tapi sesuatu di dalam dadanya tiba-tiba terasa aneh. Bani terus memperlakukannya dengan sebaik dan sesabar ini, dan ia jadi semakin tidak rela membiarkan suaminya itu menjalani kehidupan rumah tangga tanpa kegiatan seksual yang sangat penting bagi mereka.

***

Ara meletakan buku cerita Arka di rak dan tidak lupa mengecup pipi puteranya yang sudah jatuh tertidur. Setelah mematikan lampu kamar Arka, ia beranjak menuju kamarnya dan mendapati ruangan itu kosong.

Bani rupanya masih berada di dalam kamar mandi. Tepat ketika netranya masih menatapi pintu kamar mandi yang tertutup, pintu itu tiba-tiba saja terbuka dengan Bani yang muncul hanya dengan sehelai handuk putih yang melingkari pinggangnya. Hal itu cukup membuat Ara terkejut sampai ia refleks merapatkan jubah gaun tidurnya, dan segera memalingkan wajah.

Sedetik kemudian, ia menyesali responnya yang mungkin saja terlihat seperti baru saja melakukan sebuah bentuk perlindungan diri terhadap suaminya sendiri.

Kynara memutuskan untuk duduk di depan meja rias dan menyibukan dirinya dengan melakukan skincare routine. Tidak lama setelah itu Bani sudah terlihat selesai memakai kaos polos berwarna putih dan celana training berwarna abu-abu. Lelaki itu kini berdiri tepat di belakang punggungnya, dan Kynara merasakan tangan Bani yang mengelus kedua sisi bahunya.

Tatapan mereka bertemu lewat cermin dan Ara merasakan tenggorokannya tercekat saat Bani membungkuk untuk memeluk lehernya. Ketika Bani bertanya, napas lelaki itu yang terasa segar berhembus di tengkuknya. "skincare-annya udah?"

Ara mengangguk dan bangkit berdiri dengan kikuk. Bani bisa melihatnya dengan jelas, bagaimana Kynara langsung memejam dan sama sekali tidak balas menatapnya saat ia menarik wajah itu untuk lebih dekat.

Bani dengan hati-hati menyatukan bibir mereka, ia tidak begitu takut dalam langkah pertamanya ini karena mereka memang sudah beberapa kali melakukan ciuman sebagai bentuk pendekatan seksual. Dan tidak seperti saat-saat pertama mereka dulu, kali ini Ara juga sudah mulai aktif membalas pagutannya dengan tenang dan tidak terlihat panik.

Bani tidak henti memuji kemajuan Ara dalam hati, ia bahkan tersenyum saat melihat kedua kaki mungil itu berjinjit dengan kedua lengan Kynara yang mulai melingkari lehernya.

Ia membuka jubah yang Ara kenakan, menyisakan hanya sebuah gaun tidur tipis berbahan satin dengan tali spageti. Ia harus berhati-hati dalam usahanya membuat Kynara mulai berbaring di ranjang seperti saat ini, karena menyentuh Kynara memiliki sensasi yang sama seperti menyentuh sebuah porselen mahal, ia mudah pecah hanya karena sedikit sentuhan. "if you feel scared, let me know."

Kynara mengangguk dengan jantungnya yang terasa berdebar kencang. Demi Tuhan, ia begitu mencintai Bani dan berjanji tidak akan membuatnya kecewa kali ini.

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang