14

4.5K 610 137
                                    

Sudah jam sepuluh pagi, tapi Bani masih tetap berkutat di atas ranjang kamar hotel untuk menatap layar ponselnya. Ia berharap banyak dengan menatapi layar ponselnya itu dan menunggu Kynara mengangkat panggilannya.

"Oy, cepetan siap-siap! Lo lupa jam sebelas kita briefing?"

"Iya bentar." Bani mengangguk pada Danu walau ia belum juga beranjak dari tempatnya dan masih merasakan keresahan yang sama. Sudah beberapa hari sejak ia terakhir melakukan video call dengan isterinya, dan sampai detik ini Kynara tidak pernah lagi mengangkat teleponnya.

"Lo yakin dia baik-baik aja?"

Ditya menyahut dari seberang telepon, "Yakin Mas, gue masih jemput Mbak Ara kok tiap malem. Keliatannya sih dia emang gak kenapa-kenapa, atau nanti mau sekalian gue tanyain?"

"Gausah gausah, ntar biar gue aja yang urus sendiri."

"Yaudah."

Bani hanya berdeham untuk mengakhiri panggilan. Dan sebelum Danu menegurnya lagi, ia segera melesat masuk ke kamar mandi.

Tidak memakan waktu lama sampai Bani akhirnya menyusul Danu ke restoran hotel untuk sarapan. Setelah mengambil nasi goreng dan omelet dari buffet restoran, ia berjalan dengan rambutnya yang masih basah ke meja tempat Danu dan Brian duduk bersama. Sebagian crew mereka katanya sudah berangkat duluan ke Lapangan Rampal untuk persiapan rehearsal.

"Tuh muka gak bisa lebih ditekuk lagi bro? Kusut amat kusut." Danu terlihat membuka bungkus rokoknya dan menawari Bani, "Rokok gak?"

"Gak, lagi gak mood."

"Widih, tumben nolak rokok." Danu tidak punya pilihan selain berjalan ke luar sendirian untuk merokok, meninggalkan Bani dan Brian di sana.

"Sejak kapan lo berhenti ngerokok?"

Bani menggedikan bahu, "my wifey said, smoking is not good for our health bro."

"Halah."

"Gue pengen juga kali hidup dengan paru-paru yang bersih kayak lo."

"I didn't smoke because it takes a good breath to sing."

"Gue juga mulai gak ngerokok biar pernapasan gue bagus kali, biar kalo ciuman bisa lama."

"This conversation is stupid."

Bani kembali menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya saat ponsel milik Brian di meja berdering. Ia tidak sengaja melihat dan rupanya Calista yang menelpon.

"Bentar ya." Ucap Brian kemudian berdiri dan berjalan menjauh untuk mengangkat telepon.

Bani sendirian, tapi tidak lama karena setelah itu seorang perempuan datang ke mejanya dan ikut duduk di hadapannya. "Nanti nebeng kamu ya ke lapangan Rampalnya."

Bani tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya sampai perempuan itu berucap lagi, "dari muka kamu yang kaget banget gitu, aku rasa kamu gak tahu kalau aku jadi guest star di acara tur band kamu. Jahat banget, Danu sama Brian aja tau."

Bani meneguk airnya.

"Ngomong-ngomong, aku kok tiba-tiba inget pas jaman dulu aku sering nemenin kamu tur keliling Indonesia ya? Kangen banget deh rasanya."

Adelia berucap seperti itu dengan wajah sumringah, dan Bani masih sempat menenggak air lagi sebelum berucap, "del, gue udah nikah."

Secepat itu pula tatapan sumringah tadi berganti dengan raut getir, "ya terus?"

"You exactly know what i mean."

"Kamu jahat banget, kita bahkan gak pernah putus, tapi begitu aku pulang ke Indonesia, bisa-bisanya kamu udah nikah sama perempuan lain?!"

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang