32

4.4K 546 102
                                    

"Nih buket bunganya, kamu yang taro ke nisannya gih Mas."

"Aku?"

"Iya kamu. Saya kan lagi hamil, pamali katanya kalau ikut ziarah."

Kynara jelas dapat melihat raut bingung yang Bani tunjukkan sejak semalam, tapi ia hanya tidak menggubrisnya.

"Ra, tapi aku kan—"

"Kamu mau bilang sudah gak ada rasa cinta sama sekali kan sama almarhum? Saya juga tau kok Mas."

"Terus kenapa kamu masih suruh aku bua—"

"Emangnya gak boleh ya ziarah doang? Mumpung kita lagi di Bandung."

Akhirnya Bani tidak punya pilihan lain selain menurut pada perkataan isterinya. "Aku ajak Arka ya."

Kynara mengangguk sambil mengamati suaminya yang beranjak turun dari mobil dan menggandeng Arka untuk berjalan masuk ke dalam kompleks pemakaman.

Kynara memang harus menunggu agak lama sampai akhirnya kedua laki-laki itu terlihat kembali datang ke mobil. Arka sudah naik dan kembali duduk di jok belakang, sedangkan Bani lebih dulu bertanya pada Kynara, "kita mau main ke mana dulu gak di Bandung sebelum pulang ke Jakarta?"

Kynara menggeleng, "langsung pulang ke Jakarta aja ya Mas, punggung saya takut sakit lagi kalau gak cepat-cepat istirahat di rumah."

"Yaudah kalo gitu."

"Tapi tolong beliin minum di warung depan itu dulu ya? Jaga-jaga kalau haus di jalan nanti."

Bani berdeham dan mengambil dompetnya sebelum kembali berjalan menjauh dari mobil menuju warung rokok kecil di dekat parkiran. Di saat itulah Kynara cepat-cepat menengok ke belakang untuk bertanya pada puteranya, "tadi kok lama banget di sana Ka? Jalannya jauh ya?"

Tapi bocah itu menggelengkan kepalanya, "gak jauh kok jalannya Ma, tadi lama karena Papa sempat nangi— eh!"

Kynara tersenyum tipis saat melihat Arka cepat-cepat menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.
"Arka lihat Papa nangis?"

"Harusnya Arka gak ngomong ini ke Mama. Papa bilang cewek gak boleh tau kalo cowok lagi nangis, malu."

"Terus Arka peluk Papa gak tadi?"

"Iya Ma, tadi Arka peluk Papa."

"Terus Arka bilang apa ke Papa?"

"Arka bilang Papa jangan sedih, Arka sayang sama Papa, gak mau liat Papa nangis."

Bocah itu berakhir mendapat usapan lembut di puncak kepalanya, berikut Kynara yang berucap, "Hebat banget sih anak Mama."

***

"Gak gini juga dong Kynara! Kamu nih apa-apaan sih?!" Bani bisa merasakan telapak tangannya yang basah oleh keringat dingin saat memegangi kursi tempat Kynara saat ini berdiri.

Sedangkan perempuan itu seperti tidak perduli dengan paniknya Bani saat ini, ia hanya terus berjinjit dan mendongak ke langit-langit kamar untuk memutar bolam lampu di atas sana.

"Nah, selesai kan? Kalo masih harus nungguin sampai Mas punya niat buat ganti bolam lampu, kelamaan." Untungnya Kynara bisa kembali turun dari atas kursi tanpa melakukan insiden kecelakaan apapun, dan kini ia hanya menatap datar raut kesal yang Bani tunjukan padanya.

"Gak tau ya aku udah mau kena serangan jantung? bangun-bangun liat pemandangan kamu naik-naik ke atas kursi."

Bani kembali duduk di tepian ranjang, kali ini ia baru bisa kembali merasakan kaki-kakinya yang terasa lemas akibat keterkejutan yang datang di saat ia bahkan belum sempat mengumpulkan nyawa sepenuhnya. "Tanggung jawab Ra, aku jadi lemes."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang