15

4.5K 623 107
                                    

"Ternyata kamu lebih brutal daripada yang aku bayangin." Bani sedang mengamati dirinya di cermin rias dan melihat sendiri beberapa bekas kemerahan di lehernya. "Untung sekarang hari Minggu."

Kynara yang duduk di ranjang belakang hanya menatapi suaminya dengan ekspresi datar seperti biasa.

"Mas...."

"Hmm?"

"Did you wear a protection last night?"

"Pake, sayang."

Kynara mengangguk kemudian beranjak keluar dari kamar untuk melihat apa Arka sudah bangun dari tidur siangnya atau belum. Ternyata puteranya itu masih belum sama sekali terjaga dan Kynara memutuskan untuk segera menyiapkan makan siang di dapur.

Tadi pagi mereka hanya sarapan dengan roti bakar yang Bani siapkan, jadi begitu Arka terbangun nanti, sudah pasti bocah itu akan mengeluh kelaparan.

Ia tengah sibuk membersihkan isi perut cumi-cumi dan cukup terkejut ketika Bani berulah dengan memeluk pinggangnya dari belakang. "Mas, jangan ganggu dulu."

"Siapa yang ganggu? Aku lagi support kamu masak, tau."

"Kalau emang mau support, sini bantu keluarin isi perut cumi."

"Oke, siapa takut."

Bani baru saja mau bersiap mengambil pisau ketika terdengar bunyi bel apartemen yang nyaring. "Siapa sih? Ganggu pasutri mau mesra-mesraan aja dah."

"Coba sana kamu bukain pintunya dulu Mas."

Bani menurut dan berjalan meninggalkan Kynara sendirian di dapur. Sebentar kemudian Kynara sudah dapat mendengar suara keterkejutan Bani yang bahkan terdengar sampai dapur. "Heh, kenapa lo? Kok dateng-dateng nangis?"

Kynara segera melepas celemeknya dan menyusul ke ruang tamu, rupanya di depan pintu itu sudah berdiri Calista yang berlinang air mata. "Mbak Araaaaaa!!"

Perempuan itu menyikut Bani yang berdiri di depan pintu hanya untuk berlari dan memeluk Kynara, kemudian menangis lagi di sana. "Brian Mbak..... Brian selingkuhin aku..."

"...."

"Calista udah ga sanggup Mbak. Pokoknya Calista capek, bener-bener kali ini udah capek banget sama Brian."

Sampai kira-kira lima menit kemudian, Calista masih belum bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kynara menuntunnya duduk di sofa dan membiarkannya memegang satu box tisu untuk menghapus linangan air mata yang tidak mau berhenti berderai.

"Emangnya lo beneran ngeliat pakai mata kepala lo sendiri si Brian selingkuh? I mean, bisa aja lo cuma salah paham doang dan jadi impulsif gini."

"Gue nyamperin Brian langsung sama tuh cewek Mas! Di hotel! Dan Mas Bani tau gak, Brian bahkan gak menyangkal apapun!"

"Terus lo dapet info darimana kalau si Brian ada di hotel? Cal, jangan impulsif dulu, siapa tau memang ada provokator di balik ini semu—"

"Mas!" Kali ini Kynara yang bersuara, ia bermaksud memberi kode agar Bani cepat diam. Dalam kondisi Calista yang sedang kalut seperti saat ini, memang seharusnya orang-orang di sekitarnya berusaha menjadi pendengar yang baik.

"Kenapa gak dari dulu aja Calista diginiin? Kenapa baru sekarang di saat udah pacaran sama Brian sampai tujuh tahun gini? Sekarang Calista harus gimana Mbak?"

Kynara terdiam, ini lebih kepada karena ia tidak tahu harus memberi saran seperti apa. Ia tidak pernah punya pengalaman diselingkuhi seperti apa yang Calista baru saja alami.

"Kalau Mbak Ara ada di posisi Calista, gimana? Apa yang Mbak bakal lakuin kalau misalnya Mas Bani ketauan selingkuh di belakang Mbak?"

Kynara masih tetap berpikir sampai ia berakhir menyeletuk asal, "Saya juga gak tahu Cal.... mungkin cerai?"

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang