5

5.8K 776 105
                                    


"Om Baniiii!!!!" Ara lumayan terkejut saat apa yang pertama kali Arka panggil dengan girang adalah laki-laki di sebelahnya ini alih-alih dirinya sendiri. "Om Bani ikut jemput Arka juga?"

Dan apa yang kemudian membuat Ara seperti merasa sedikit cemburu adalah disaat Arka justru berlari dari pintu masuk sampai ke gerbang hanya untuk melompat ke dalam gendongan Bani. Dan sejak kapan mereka berdua jadi akrab banget begitu?

"Loh, datang sama siapa Ra?"

Ara masuk lewat celah gerbang yang sedikit dibuka, diikuti Bani yang masih menggendong Arka di belakangnya. "Malam Tante, saya Bani temannya Ara."

"Oalah, temannya Ara. Loh, loh, loh Bunda kok baru tahu ternyata Ara punya temen laki-laki ganteng begini?" Ara mendapati Bundanya tersenyum membalas senyuman Bani, dan sedikit banyak ia tahu maksud dari senyum Bundanya yang sejenis itu. "Masuk dan duduk dulu nak Bani. Mau minum apa?"

"Eh?" Bani terlihat sedikit menengok pada Ara, bermaksud bertanya lewat isyarat wajah apakah mereka akan mampir dahulu atau langsung pulang dengan tujuan hanya menjemput Arka seperti pada awalnya.

"Ara cuma mau jemput Arka doang Bun, Bani nawarin sekalian tadi."

"Eh kok gitu? Gak mampir sebentar dulu aja? Minum teh dulu gitu?"

"Kasian Baninya capek nyetir kalau pulangnya lebih malam lagi. Ayah mana?" Ara sedikit melirik pada Arka saat bertanya begitu pada Bundanya, dan mendapati puteranya itu sedang sibuk menerima bisikan dari Bani di telinganya. Entah apa yang mereka berdua sekarang lakukan.

"Ayah lagi bantu persiapan buat hajatan tetangga di komplek sebelah besok, kalian langsung pulang saja gak usah pamit ke Ayah. Lama pasti kalau ditungguin."

Ara mengangguk sebelum mereka sama-sama pamit dan kembali berjalan masuk ke mobil. Namun sebelum itu, Arka sudah lebih dulu memeluk pinggangnya dan mencegat Kynara untuk beranjak lebih jauh. "Mama, gendong Arka!"

Ara menurut dan membawa puteranya itu ke dalam gendongannya, sedangkan Bani sudah lebih dulu masuk untuk menyalakan mesin dan ac mobil. Ucapan tiba-tiba dari puteranya kemudian itu lah yang membuat Ara belum juga beranjak masuk ke mobil, "Mama, maafin Arka ya?"

"Maaf? Memangnya Arka habis ngelakuin kesalahan apa sama Mama?"

Bocah itu terlihat mengembungkan pipinya sebelum berucap, "kata Om Bani, Arka harusnya gak ngelupain Mama cuma gara-gara senang liat Om Bani datang kayak tadi. Mama jadi sedih ya? Arka minta maaf ya Ma, lupa cium Mama waktu mama baru datang tadi. Janji, gak bakal ngulangin lagi."

Perempuan itu benar-benar terpana sesaat akan ucapan puteranya. Sejak kapan Arka bisa jadi sedewasa ini? Ara tersenyum saat jemarinya mencubit pelan hidung Arka. "Belum Mama maafin, karena sampai sekarang pun Arka juga belum cium mama lagi tuh."

Dan tidak perlu menunggu lebih lama untuk kemudian Ara mendapatkan kecupan bertubi-tubi di seluruh permukaan wajahnya. Ia tertawa lepas, dan balas mengusap kepala puteranya itu gemas. "Makasih ya, anak Mama."

Setidaknya akhir dari harinya malam ini bisa membuat Ara tersenyum sebelum tidur.

***

3 months later....

Ara membuka pintu Apartemennya, pagi-pagi sekali Bani sudah datang bertamu. "Udah makan? Bawa nasi uduk nih, sekalian tadi abis jogging."

Ara hanya menggeleng sambil membukakan pintu, membiarkan Bani masuk dan meletakan sekantung plastik penuh makanan yang ia bawa ke meja ruang tamu.

"Jangan di situ makannya nanti kotor, di meja makan saja."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang