23

3.8K 533 61
                                    

Intan mengetuk pintu kamar hotel milik Kaivan, menunggu beberapa detik sampai terdengar suara familiar yang menyahut dari dalam sana. Tidak lama kemudian, wajah tampan milik dokter itu terlihat muncul dari balik pintu, "Ada apa ya Sus?"

Perempuan itu cepat-cepat merapihkan tatanan rambutnya sebelum tersenyum malu-malu. "Itu dok, Intan cuma mau kasih tau kalau acara pembukaan Studi Bandingnya dimulai satu jam lagi di aula rumah sakit, takutnya Dokter Kaivan lupa."

Kemudian Kaivan terlihat mengangguk ramah sebelum berucap, "berarti sekitar setengah jam lagi kita meet up di lobi hotel aja ya?"

"Oke Dok, kalau gitu Intan tunggu di bawah."

Intan berakhir menunggu Kaivan di lobi hotel sambil sibuk memikirkan betapa Kynara akan menyesal menolak tugas dari rumah sakit untuk pergi ke Bali seperti ini. Kan lumayan, bisa dijadikan alasan untuk meninggalkan segala penat rumah tangga untuk sekedar refreshing sejenak.

Tapi ketika baru saja teringat akan fakta dimana perawat seniornya itu baru-baru ini Resign dari rumah sakit tempatnya berkerja, Intan merasa gelegar kesedihan kembali memenuhi dadanya. Memangnya siapa juga yang memerlukan pekerjaan merepotkan seperti profesi perawat, ketika sudah memiliki suami mapan yang tentu saja mampu menafkahi lahir dan batin? Apalagi jika sosok suami itu bisa se-ganteng Bani.

Dalam hal ini, Intan merasa bahwa Kynara adalah satu-satunya wanita yang akan ia jadikan panutan dalam hidupnya. Ia bertekad untuk segera mencari kandidat-kandidat pria dengan sikap, ketampanan, dan kekayaannya minimal setara dengan Bani, agar jalan hidupnya bisa se-bahagia Kynara.

Dan ketika salah satu calon kandidatnya itu sudah terlihat muncul dari kejauhan, Intan segera berdiri dengan wajah sumringah untuk menyambut datangnya Kaivan. Pria itu tidak pernah terlihat tidak tampan dengan setelan pakaian apapun, tapi kemeja fit to body dengan lengan tergelung sampai siku yang ia kenakan saat ini, terlihat lebih menyempurnakan penampilannya.

"Udah nunggu lama Sus?"

"Gak terlalu kok Dok. Mobil jemputan rumah sakitnya juga baru aja dateng di depan."

Sambil mengekori Kaivan yang mulai berjalan lebih dulu di depannya, Intan memang sibuk memikirkan topik apa yang perlu ia bahas saat mereka berdua berada di perjalanan menuju rumah sakit di daerah Nusa Dua.

Setelah mengenakan seatbelt, Intan mendapati dirinya sendiri begitu antusias berbicara sepanjang perjalanan, "Mbak Kynara itu perempuan paling cantik dan anggun yang pernah Intan kenal secara pribadi. Waktu Intan pertama kali kerja di rumah sakit, Mbak Ara gak pernah marah walau Intan lakuin kesalahan. Pokoknya dia itu senior yang perfect banget deh!"

Intan sedikit mendongak untuk mengamati Kaivan yang sedang tersenyum tipis, sepertinya laki-laki ini terlihat cukup menikmati pembicaraan mereka. Setidaknya Intan bisa bernafas lega.

"Waktu Intan masih magang dulu, pernah nangis karena berkali-kali gagal pasang infus ke pasien. Tapi begitu dimentorin Mbak Ara, Intan langsung jadi jago loh Dok, beneran deh. Sayang banget ya senior seperti Mbak Kynara harus resign."

Dan untuk pertama kalinya, Kaivan terlihat membuka mulutnya untuk berbicara, "kamu tau apa alasan Kynara resign?"

"Setau Intan, Mbak Kynara sama suaminya itu lagi mau fokus program hamil Dok."

Jujur saja, Intan benar-benar menunggu ekspresi apa yang akan lelaki itu tunjukkan kali ini, karena ia jelas tau kalau Kaivan sering kali terlihat menatap Kynara dengan cara yang berbeda.

Lelaki itu memang terlihat tercekat hebat, tapi itu hanya sepersekian detik sebelum Kaivan beralih merogoh ponselnya yang bergetar.

Dan pesan yang muncul di layar notifikasinya saat itu, cukup membuat Kaivan lupa akan segala pembicaraan yang membuat dadanya merasa sesak sesaat tadi.

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang