9

4.5K 667 73
                                    


"Insomnia kamu kambuh lagi?"

Bani mengangguk, "aku ke studio ya, mau gitaran aja sampe ngantuk." Tentu saja yang Bani maksud adalah studio mini baru yang sudah ia bangun di dalam apartemen mereka.

Perempuan itu bersiap untuk beranjak bangun dari atas ranjang. "Saya temanin."

"Gak usah, udah kamu tidur aja."

"Saya belum ngantuk, besok gak ada shift juga."

"Beneran belum ngantuk?"

Ara menjawabnya dengan anggukan, kemudian Bani dengan secepat itu kembali merebahkan tubuh nya di atas ranjang, "boleh peluk gak?"

Ara mengangguk lagi dan tanpa perasaan takut membiarkan Bani menarik pinggangnya untuk mendekat. Semenjak kejadian pada malam pertama itu, kini Bani seringkali melakukan suatu aksi dengan lebih dulu mengantongi izin Ara. Hal itu ia lakukan untuk mengetahui apakah isterinya akan merasa takut atau tertekan jika Bani sekedar memeluk atau melakukan skinship lainnya.

Tapi mereka tidak benar-benar berakhir making love. Bani tahu untuk orang seperti Ara, ia perlu sedikit bersabar untuk sampai ke tahap itu suatu hari nanti.

"Kalau kamu belum ngantuk ya aku gak usah main gitarlah, ngapain juga. Mending kita pillow talk gini aja kan?"

Ara mengangguk, astaga ia merasakan wajahnya panas lagi. Bersyukur lampu kamar ini menyinari mereka dalam keremangan cahaya.

"Emangnya kamu gak capek seharian kerja di studio Bintaro Mas?"

"Capek sih enggak, yang ada suntuk karena kebanyakan mikir buat bikin lagu."

"Jangan terlalu dipaksain, Mas."

Lelaki itu mengangguk sebelum mulai menyingkirkan helaian rambut dari wajah isterinya. "Kalau kamu? Pasti capek ya? Seharian ngerawat pasien?"

"Iya, tapi saya suka pekerjaan saya."

"Oh ya, kenapa?"

"Karena orang-orang yang saya rawat gak pernah berhenti bilang terimakasih, saya jadi merasa benar-benar berjasa buat hidup orang lain." Bani sudah mengangkat tangannya dari wajah Ara, dan sekarang laki-laki itu terlihat tengah memejamkan matanya. Bukan tertidur, karena Ara masih merasakan telapak tangan Bani yang menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Mas...."

"Hmm?"

"Kenapa kamu nggak bilang, kalau kamu pernah datang ke rumah Mamanya Kaivan sebelum kita menikah?"

Dan setelah pertanyaan itu diajukan tiba-tiba saja pria itu membuka matanya dan menatap Ara lekat-lekat. "Kamu tau dari mana aku datang ke sana?"

"Mas Kaivan yang ngomong waktu itu. Katanya kamu minta izin ke mamanya dia buat besarin Arka? jadi mereka gak perlu khawatir soal Arka lagi."

"Kamu ngobrol cuma berdua aja sama dia?"

"Iya, dia pernah ngajak saya ketemu di taman rumah sakit hanys buat ngomongin hal itu."

"Lain kali, jangan mau kalau diajak ketemu berdua lagi." Dan tiba-tiba saja intonasi yang semula lembut itu kini terdengar agak sedikit memerintah. "At least ajak aku, kita omongin soal Arka bertiga."

"Iya Mas."

"Dia gak ngapa-ngapain kamu lagi kan?"

Semoga Bani tidak mendapati Kynara yang tercekat disaat yang sama, "enggak... Mas."

***

"Gimana sih Mbak caranya biar cepat dinikahin? Calista udah berkali-kali ngode sama Brian, tapi dia tetep gak peka-peka. Kesel banget!"

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang