35

5.2K 616 62
                                    

Tidak seperti apa yang Kynara ekspektasikan, Bani tidak lantas menjadikan speedometer menjadi sasaran empuk kemarahannya kali ini. Lelaki itu hanya sedang terlihat mati-matian menahan untuk tidak mengebut di jalanan.

Tapi di saat Bani mendapati jemari Kynara yang mulai bergerak mengelusi perutnya, sorotnya berubah khawatir. Sebentar kemudian Kynara sudah merasakan jemari lelaki itu ikut menjamah perutnya.

Lelaki itu tetap belum berbicara apapun sampai tiba-tiba saja Bani menepikan mobil mereka di pinggir jalan. Kynara belum sempat bertanya apapun karena suaminya itu sudah lebih dulu berlari keluar dari mobil untuk berjongkok di trotoar jalan. Dengan mata kepalanya, Kynara melihat Bani tengah memuntahkan isi perutnya di sana.

Ia sudah terlalu lelah bahkan untuk sekedar mendongak saat Kynara datang dengan dua buah botol air mineral berukuran enam ratus mili. Perempuan menuang salah satu botol untuk membersihkan trotoar jalanan. Satu botol lagi ia ulurkan pada Bani sambil bertanya, "kok bisa muntah?"

"Gak tau aku juga, tiba-tiba mual banget. Masuk angin palingan."

Di dalam hatinya Kynara tidak setuju dengan diagnosa Bani atas dirinya sendiri itu, tapi ia memilih untuk tidak membahasnya lagi. Lagipula ia juga langsung terdistraksi oleh sebuah pesan masuk dari Kaivan di ponselnya.

Aku sama lawyer kenalanku udah nungguin kamu di pengadilan. Kamu masih di jalan?

Kynara buru-buru mengetik balasan atas pesan itu: maaf saya gak bisa ke sana sekarang. Boleh minta tolong sampaikan ke lawyer kamu untuk urus saja gugatannya? Terima kasih.

Setelah itu Kynara kembali menyimpan ponselnya.

"Ra, kepalaku pusing banget nih."

"Kamu masih kuat nyetir?"

"Kuatlah. Yang aku gak kuat itu cuma kalo ditinggalin kamu."

Kynara menghela napasnya kesal, bisa-bisanya Bani bercanda di saat seperti ini. Laki-laki itu masih terkekeh saat langkahnya menyusul Kynara kembali masuk ke dalam mobil. "Heh, seriusan tau. Kamu kira aku ngomong kayak gitu bercanda ya?"

Mobil sudah kembali berjalan di jalanan protokol yang lengang, dan rupanya Bani masih belum mau menutup mulutnya, "pasti di mata kamu, aku ini muka badak banget ya Ra?"

"...."

"Gapapa kalau kamu mau mikir begitu, kamu punya hak. Tapi aku beneran gak bisa kalau kamu maunya pisah, Ra."

"...."

"Kalau kamu gak bisa bertahan karena aku, boleh gak aku minta kamu bertahan untuk anak-anak kita?"

Bani mendapati dirinya semakin resah saat perempuan di sebelahnya itu tidak kunjung menjawabnya. Kala kepalanya mendongak ke samping, barulah Bani tau kalau Kynara sudah terlelap begitu nyenyak di sana.

***

Ketika Kynara bangun dari tidurnya, ia mendapati langit yang sudah begitu gelap dan mobil mereka rupanya masih melaju di jalanan. "Kenapa masuk tol?"

Bani mendongak sebentar hanya untuk balik bertanya, "kamu udah bangun?"

"Kita mau ke mana?"

"Puncak, refreshing bentar. Pusing banget kepala."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang