31

4.4K 551 71
                                    

"Surprise!!! Calista tau Mbak Ara lagi banyak trust issue ke Mas Bani, jadinya aku bawa Brian buat gabung sama kita hari ini."

Kynara ikut menatapi Brian yang sedang duduk sambil meneguk air mineral botol, lelaki itu kemudian bertanya pada Calista dengan kedua alisnya yang bertaut, "tadi katanya mau ngajakin olahraga bareng?"

"Kita bisa olahraga lain kali Bii, tapi untuk menyelamatkan hubungan Mbak Ara dan Mas Bani itu cuma bisa sekarang."

Dan Brian terlihat sedikit terkejut sebelum buru-buru berucap pada Kynara, "sorry ya Ra kalau Calista malah ikut-ikut campur gini sama urusan kalian. Ini cewek memang agak sotoy dan suka ikut campur urusan orang."

Calista segera merapihkan rambutnya yang sebelumnya di acak-acak oleh Brian, "ih siapa yang sotoy sih? Lagian kamu itu sengaja aku suruh dateng ke sini untuk jadi narasumbernya Mbak Ara."

"Cal, kamu jangan aneh-aneh."

Calista tidak menggubris Brian, ia hanya segera berucap pada Kynara, "Kalau Mbak ada yang mau ditanyain soal Mas Bani ke Brian, tanya aja Mbak. Daripada keponya dipendem dan berujung curigaan, mending gini gak sih?"

Belum sempat Kynara membuka mulutnya, Calista sudah berucap lagi, "tenang aja Mbak, Brian gak bakal bohongin Mbak Ara cuma gara-gara dia temen baiknya Mas Bani. Brian gak se-mulia itu kok Mbak untuk mau repot-repot bohong dan nanggung dosa cuma buat bagus-bagusin masa lalunya Mas Bani di depan Mbak Ara."

***

Kynara melangkah masuk dan mendapati ruang tamu yang kosong, begitu juga kamar puteranya. Tapi langkahnya langsung terhenti ketika sebuah celah kecil pintu studio yang terbuka memperlihatkan Arka yang tengah berada di dalam sana bersama dengan Bani.

"Nih, kalo tombol yang ini gunanya untuk ngerekam suara orang yang nyanyi di dalem sana. Arka mau coba pencet?"

"Kalau rekam suara robocar poli Papa bisa?"

"Bisa, Arka suruh aja robocar polinya main ke sini, nanti dia kita suruh nyanyi."

"Tapi Pa, robocar poli katanya sibuk kerjaan lagi banyak."

Bani terkekeh pelan dan tidak tahan untuk tidak memberikan kecupan bertubi-tubi di seluruh permukaan wajah Arka yang menggemaskan. "Kalo gitu kita rekam suara siapa dong? Suara Arka aja gimana?"

Kynara sempat ikut terhanyut menyaksikan pemandangan dua orang yang terlihat sangat menikmati waktu mereka itu, sampai akhirnya Arka mendapatinya ikut berdiri di sana. Bocah itu segera melanjutkan percakapannya dengan Bani, "rekam suara dedek di perut Mama aja Pa!"

"Gak bisa kalau itu, yang bisa cuma dokter."

"Yaaah. Padahal Arka pingin denger suara dedek."

Kini Kynara dan Bani sama-sama memerhatikan Arka yang terlihat melangkah turun dari atas pangkuan Bani dan segera beranjak mendekat pada Mamanya. Perempuan itu tersenyum saat telinga kecil milik puteranya menempel di perutnya.

"Kok ga ada suaranya ya Pa?"

"Tidur kali? Coba bangunin."

"Gimana caranya?"

"Gelitikin Mamanya."

Dan sebelum Kynara mendapatkan serangan berupa gelitikan itu di perutnya, ia sudah lebih dahulu menangkap kedua tangan bocah itu dan berucap, "Papanya mau kerja jadi gak bisa karena Arka gangguin terus, nonton kartun di ruang tamu sama Mama aja yuk?"

Bocah itu mengangguk dengan patuh sebelum melesat berlari menuju ruang tamu, meninggalkan Bani dan Kynara berdua saja di sana.

"Mas sudah makan siang?"

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang