2

8.2K 888 40
                                    

Kynara meletakkan wadah makanan-makanan yang sudah disusun secara bertumpuk di atas meja dapur. Ada sayur kangkung, udang asam manis dan sambal terasi yang sudah dipisah menjadi dua rantang. Ia akan terlebih dahulu mengantarkannya kepada Bani sebelum mengantarkannya pada Eyang Rama di lantai dua.

"Mama lihat, makanan Arka udah habis!"

Ara tersenyum menanggapi putera tercintanya yang berteriak dari meja makan. "Pintar banget anak Mama! Arka kalau makannya pinter gini mah mana mungkin sakit kaya semalam lagi, ya kan nak?"

Ara memberikan semua kecupan paginya untuk Arka, dan bocah berumur lima tahun itu tertawa kegelian. "Mama, kok makanannya ada banyak banget? Eyang Rama gak akan bisa makan sebanyak itu Mama, eyang kan sudah tua."

"Bukan cuma buat Eyang sayang, ini buat Om tetangga baru di depan unit kita. Arka mau ikut kasih ke Om Bani gak sama mama? Om itu baik loh, semalam antar Arka ke rumah sakit."

Arka menggeleng pelan, "nanti aja ma soalnya Pororo sudah mau mulai di tv, Arka gak mau ketinggalan nonton."

"Yaudah deh kalau gitu Mama keluar sebentar ya sayang, Arka baik-baik sama Bibi." Ara sekali lagi memberikan kecupan lembut di puncak kepala Arka sebelum mengangguk dan tersenyum pada Bi Suratmi, pengasuh Arka.

Setidaknya hanya makanan ini yang bisa ia berikan untuk Bani, walau jelas semua makanan dalam genggamannya ini pun belum bisa membalas kebaikan yang sudah Bani lakukan tadi malam.

Ara sudah sampai tepat di depan pintu unitnya yang berhadapan langsung dengan pintu unit tetangga barunya itu, dan tangannya terulur untuk segera memencet bel.

Tidak sampai puluhan detik, laki-laki itu terlihat membuka pintu dan muncul dengan wajah bantalnya yang masih saja terlihat menawan. Jam berapa ini? Tiba-tiba Ara jadi menyesal memutuskan untuk datang mengantar makanan sepagi ini, pasti Bani jadi sangat tergganggu olehnya.

"Maaf, saya ganggu tidur kamu ya Bani?"

Mendengar pertanyaan seperti itu Bani menggelengkan kepalanya cepat-cepat dengan bola matanya yang terlihat lebih lebar daripada sebelumnya. "Sebenernya udah bangun dari tadi, cuma masih pengen rebahan aja. Apaan nih? Makanan ya?"

"Iya, ada udang asam manis, tumis kangkung dan sambal terasi seperti yang sudah saya janjikan semalam. Terimakasih ya Bani, sudah repot bantu antar Arka ke rumah sakit semalam."

"Gak masalah, ini rantangnya dua-duanya buat gue?"

"Enggak Bani, satunya lagi buat Eyang Rama, beliau suka banget makan udang asam manis."

"Mau ke Eyang Rama? Ikut dong, mau sekalian silaturahmi." Bani melirik ke dalam Apartemennya sebentar lalu berucap, "mau duduk bentar di dalem gak? Gue cuci muka dulu sebentar."

Ara mengangguk dan tersenyum sopan, "gak usah Bani, kalau kamu cuma cuci muka sebentar, saya tunggu di sini saja."

"Yaudah, kalau gitu. Sebentar ya Ra." Bani melesat masuk ke dalam unitnya tanpa menutup pintu dan beberapa menit kemudian sudah kembali dengan wajah yang semakin terlihat segar karena setengah basah. "Yuk, ke Eyang."

Ara menangguk dan mengekori Bani dari belakang, tapi tidak lama setelahnya lelaki itu justru berhenti untuk menunggu Ara berjalan sejajar dengannya. "Tetangga-tetangga di sini memang akrab semua ya Ra?"

"Enggak juga sih Ban, saya cuma akrab sama Eyang Rama karena beliau dulu Dokter dan sekarang memutuskan pensiun."

"Oh, dia dokter di rumah sakit Gr.ha Kedoya juga?"

"Engga, beliau dokter di rumah sakit Siloam Kebon Jeruk."

Bani hampir membuka mulutnya untuk bertanya lagi kalau Ara tidak cepat-cepat mengajaknya masuk ke dalam lift yang terbuka.

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang