22

3.8K 567 52
                                    

"Ja...jadi tadi sore saya janjian pergi ke Mall bareng Mbak Bela... terus..." Kynara menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menguasai diri dan menahan isak tangis yang terus menghambat ucapannya.

"Kynara, kamu denger aku kan?"

Kynara tetap mengangguk walaupun ia tahu bahwa Bani tidak bisa melihatnya dari seberang telepon.

"Sekarang tenang ya.... kamu gak perlu jelasin apa yang terjadi, cukup kasih tau aku di mana rumah sakitnya?"

Kynara mengangguk masih dengan air mata yang tidak bisa berhenti mengalir di pipinya, sekuat tenaga ia berusaha berucap dengan tenggorokannya yang tercekat, "rumah sakit Pondok Indah Mas... kamu cepet ke sini ya, saya... saya takut..."

Setelah telepon diputus, rasanya waktu seperti bergulir dengan begitu lambat sampai akhirnya Kynara mendapati sosok suaminya itu berlari dari kejauhan. Kedua tangan milik Bani dengan cepat menangkup kedua bahunya untuk bertanya, "kamu gapapa?"

Kynara mengangguk dan cepat-cepat menghambur memeluk Bani. "Saya takut banget Mas, Mbak Bela pasti bakal baik-baik aja kan? Iya kan Mas?"

Bani mengangguk sebelum kembali melepas pelukannya untuk bertanya, "sekarang, bisa kamu jelasin apa yang terjadi?"

"Tadi taksi yang saya dan Mbak Bela naikin sepulang dari Mall nabrak, dan sekarang Mbak Bela terpaksa harus persalinan prematur." Kynara berjongkok begitu saja di koridor rumah sakit, ia merasa lututnya bahkan terlalu lemas untuk dapat berdiri terlalu lama. "Saya minta maaf Mas, saya yang salah. Kalau aja saya gak ajak Mbak Bela ketemu buat nanyain rekomendasi dokter kandungan.... pasti semua gak bakal berakhir begini kan Mas?"

Bani membantu isterinya itu untuk dapat bangkit menuju kursi terdekat dan setelahnya ia ikut terduduk di sebelahnya."Kamu tenangin diri kamu dulu ya?"

Kynara mengangguk, menjadikan dada Bani sebagi tumpuan bagi kepalanya yang terasa begitu berat. Lama sekali mereka berada di posisi itu sampai seorang dokter terlihat keluar dari ruangan.

Bani segera berdiri dan mendekat, sedangkan Kynara masih terpaku di tempat. Ia begitu takut untuk mendengar kabar apapun yang akan keluar dari mulut sang dokter.

Tetapi di saat seharusnya ia sudah bisa bernapas lega karena persalinan yang ternyata berjalan mulus dan tidak ada kecacatan pada bayi ataupun luka yang cukup serius pada sang Ibu, Kynara justru mendapati pandangannya terasa berkunang-kunang, dan dunianya seketika berubah gelap gulita.

***

Begitu ia bangun, Kynara mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Ia juga mendapati Bani yang sudah berada di dekatnya. "Kata dokter, kamu pingsan karena shock berat."

Kynara beranjak untuk duduk, dan merasakan jemari Bani yang sedang menyingkirkan helaian rambut dari wajahnya sambil berucap lagi, "gimana perasaan kamu sekarang? Udah enakan?"

Dan perempuan itu hanya mengangguk pelan.

"Sekarang udah gak ada lagi yang perlu kamu pikirin, Mbak Bela dan bayi yang baru lahir itu sehat-sehat aja Ra."

"Mbak Bela udah siuman Mas?"

Bani mengangguk, "malah dia udah ketawa-ketawa aja tuh sekarang sambil mangku bayinya yang baru lahir, sama sekali gak kayak orang abis kecelakaan ringan."

"Saya mau lihat ke sana Mas."

"Yakin? Emangnya gak lemes badannya?"

"Lemas." Kynara tidak berbohong, sekujur tubuhnya memang belum sepenuhnya terasa kembali bertenaga.

"Besok aja ya? Udah malem juga. Sekarang istirahat di sini dulu aja, aku temenin." Bani berucap seperti itu sambil terlihat merogoh ponselnya. "Laper gak? delivery makan yok, perasaan dari tadi aku gak ngerasa laper deh, tapi sekarang tiba-tiba jadi laper gini."

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang