13

4.3K 598 55
                                    

Hari ini bahkan belum sore, tapi Kynara tengah berusaha untuk dapat lebih cepat sampai ke apartemen. Ia hampir berlari di sepanjang lorong, dan napasnya masih memburu saat tangannya membuka knop pintu dan mendapati ruang tamu yang terlihat sepi.

Ia berjalan masuk ke kamar Arka, melihat puteranya itu sedang tertidur lelap dalam pelukan Bani. Saat ia melangkah maju sedikit lagi, Bani terlihat menyadari kedatangannya. Pria itu perlahan membuka matanya yang sebelumnya terpejam. "Ssst... Arka baru aja tidur."

Kynara mengangguk, Bani bangkit dari ranjang sepelan yang ia bisa agar tidak membuat Arka terbangun. Tangannya menggandeng Kynara untuk mengikutinya ke ruang tamu, agar Bani bisa menjelaskan tentang peristiwa yang baru saja terjadi pada Arka di TK tempatnya bersekolah.

"Kata gurunya jatuh dari ayunan, tapi gak ada yang luka selain tangan kirinya yang terkilir."

"Udah manggil tukang urut kan Mas?"

Bani mengangguk, "udah tadi, dia sempat nangis kenceng pas diurut, abis itu langsung tidur. Ini kamu langsung izin pulang dari rumah sakit?"

"Iya, saya minta tolong Intan handel sisa kerjaan. Makasih ya Mas udah langsung jemput Arka."

Bani mengangguk dan megusap kepala istrinya, "iya, kamu jangan panik lagi, Arka baik-baik aja kok."

"Iya Mas."

"Sini peluk dulu."

Ketika bani merentangkan kedua tangan, Kynara tidak ragu untuk berjalan masuk ke dalam pelukannya. Karena ia cukup tahu bahwa pelukan Bani adalah hal yang paling bisa membuat hati dan pikirannya berangsur tenang untuk saat ini.

Dan rasanya, Bani terlalu handal untuk dapat membuat Kynara semakin jatuh untuk mencintainya.

***

"Kuncinya itu cuma satu, trust. Sekarang Eyang tanya, kamu percaya gak sama Bani?"

"Percaya."

"Percaya gak kalau Bani tidak akan menyakitimu?"

"Percaya Eyang."

Namun Eyang Rama buru-buru menggeleng. "Tidak, saya lihatnya tidak begitu. Karena kalau kamu percaya, sepertinya tidak akan sulit untuk memulai hubungan kalian yang lebih intim. Intinya, masih ada sesuatu yang membuat kamu terus ragu Kynara."

"Saya.... juga tidak tau Eyang."

"Eyang tau, setelah hal buruk yang terjadi dalam hidupmu, kamu jadi susah percaya dengan yang namanya laki-laki. Tapi untuk kelanjutan rumah tangga kalian, kamu perlu menanamkan kepercayaan bahwa Bani tidak seperti laki-laki brengsek yang sudah menyakitimu."

Kynara menunduk untuk meresapi perkataan Eyang Rama barusan, apa benar kalau dirinya belum benar-benar percaya pada Bani?

"Sampai kapanpun, kalian tidak akan berhasil kalau kamu masih ragu sama suamimu sendiri. Emangnya kamu pernah lihat Bani main perempuan? Atau selingkuh di belakangmu? Apa Bani pernah maksain kehendaknya buat getting intimate sama kamu?"

Kynara menggeleng. "Enggak Eyang."

"Kamu takut Bani ninggalin kamu karena kekuranganmu?"

Kynara tidak menjawabnya, tapi sepertinya itu memang merupakan jawaban dari kegelisahannya.

"Kynara, ini Eyang nasihati kamu bukan sebagai Psikiater ya, tapi sebagai seorang kakek yang nasihati cucu. Dan kamu sadar gak Kynara, kalau Bani bahkan tetap sayang dan menikahimu walau dari awal dia tahu kamu hidup penuh dengan trust issue?"

"...."

"Apa itu masih belum bisa mengetuk hatimu untuk percaya dan bergantung sama dia?"

Kynara sedang berpikir keras untuk menyadari bahwa memang apa yang Bani lakukan selama ini terasa seperti terus mengubah hidupnya ke arah yang lebih positif. Bahwa persoalan ketakutannya tentang Bani yang bisa saja meninggalkannya karena ia tidak sempurna, memang hanyalah sebuah perasaan ketakutan yang tak berdasar.

Kamu dan PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang