Dia cantik tapi munafik.
<>~<>~<>~<>
Pemberhentian pertama Bulan dan Baskara adalah Neptunus. Sang penjaga pertama. Bertempat di baris terluar deretan penjaga. Fungsinya adalah agar dia dapat melihat keseluruhan semesta ini dari sana.
Ketika mereka sampai, Aqua--jiwa Neptunus sedang menulis. Dia adalah notulen semesta ini. Tugasnya adalah mencatat segala sesuatu yang terjadi di semesta ini. Sekecil apapun, secepat apapun.
Kerajaan Aqua sangat indah. Aqua membangun kerajaannya di permukaan. Dengan nuansa aquamarine, suasana di sini sejuk menjurus dingin. Di depan istana ada taman kecil dengan air terjun buatan dan pondok sederhana. Cocok sekali sebagai tempat menulis. Di sanalah Aqua tampak sibuk, banyak gunungan buku dan kertas di kiri kanannya. Tangannya mencatat dengan cepat, sesekali melirik ke cermin kecil di depannya.
Aqua tidak sadar ketika mereka berdua datang hingga Baskara berjalan mendekat.
"Sangat sibuk, hm?" Sapa Baskara. Aqua mendongak.
"Ah, ketua. Ya, seperti biasa. Dan kuharap tidak bertambah banyak dengan adanya dia," jawab Aqua sembari melirik Bulan dari balik punggung Baskara.
Baskara terkekeh kecil. Bulan yang tidak tahu apa-apa hanya mengendikkan bahu tak peduli dan melanjutkan acara melihat-lihat sekitar istana Aqua.
"Akan kupastikan-"
"Cermin untuk apa ini?" Pertanyaan Bulan menginterupsi Baskara. Diangkatnya cermin kecil di dekat Aqua yang dari tadi dilirik ketika sedang mencatat. Entah sejak kapan Bulan ada di sana, itu membuat Aqua terkejut dan menumpahkan tinta ke catatan yang sedang dikerjakannya dan sedikit ke pakaiannya. Aqua geram. Baru saja dia mewanti-wanti Baskara, malapetaka sudah mengunjunginya. Pasalnya, itu adalah catatan terakhir untuk pagi ini. Memang bukan masalah besar, namun dia harus mengulang setidaknya satu bab untuk itu.
"Bulan sialan!!!" kata Aqua frustrasi. "Kamu lihat teropong di belakang? Aku melihat teropong melalui cermin kecil ini. Puas??!!" Sambung Aqua tanpa jeda.
"Tapi kena-"
"Jangan tanya kenapa intinya aku suka! Baskara! Bawa bocah ini pergi! Jangan ganggu pekerjaanku! Bocah, jangan pernah datang ke istanaku lagi!" Usir Aqua sembari menunjuk-nunjuk Bulan.
Baskara yang melihatnya hanya tertawa. Aqua memang sangat sentimen dan perfeksionis. Jadi, bila ada Bulan, bisa ditebak hal seperti ini akan terjadi. Baskara segera menyeret lengan Bulan pergi, lantas melompat ke ruang angkasa.
"Asli, tante-tante galak banget," kata Bulan tepat setelah mereka melompat, melayang-layang di ruang angkasa.
"Maksudmu, Aqua?"
"Ya siapa lagi. Ogah banget ke sana lagi. Hii." Bulan bergidik. Sontak Baskara tertawa kembali.
"Ayo turun," kata Baskara. Di bawah sana adalah Uranus dan Neptunus. Penjaga kedua dan ketiga.
"Nggak mau ah. Males," tolak Bulan. Dia masih sebal diusir Aqua.
"Nggak semua jiwa kayak Aqua hei," balas Baskara tahu apa yang membuat Bulan enggan ikut.
"Ya sana sendiri," kekeuh Bulan. Akhirnya Baskara mengajak Bulan untuk duduk di salah satu asteroid di sabuk Saturnus.
"Ngapain kita kesini?" Tanya Bulan namun tetap duduk juga di dekat Baskara.
"Menjelaskan sistem semesta," jawab Baskara singkat. "Jadi, sistem semesta itu kompleks tapi bisa dikatain sederhana." Baskara memulai penjelasannya. "Ada 8 penjaga di semesta ini. Neptunus, Uranus, Saturnus, Jupiter, Mars, Venus, Merkurius, dan Kamu, Bulan yang masing-masing memiliki tugasnya masing-masing. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason [End]
FantasyBumi selalu indah. Entah itu di mata para makhluknya ataupun di mata langit sana. Siapapun pasti akan meyakini hal itu, tak terkecuali Bulan. Dia selalu memandang bumi dari atas sana sambil tersenyum dan berangan dapat menginjakkan kaki ke sana. Ent...