Semesta, aku ingin mengadu
Mengapa aku?
Yang menanggung pilu
Mengapa aku?
Yang harus merayu<>~<>~<>~<>
"Wah... Wah ada yang kalah taruhan!" Bulan menengok kan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dirinya sangat mengenal suara yang baru saja hinggap di telinganya barusan. Suara milik Baskara.
"Hei, aku di sini." Suara itu kembali terdengar. Bulan menundukkan kepala. Tepat di samping kaki kanannya terdapat seekor kucing berwarna orange-merah yang sedang menatap dirinya.
"Baskara?" Tanya Bulan tak yakin.
"Ya, ini aku. Kaget nggak? Kaget nggak?" ucap kucing itu.
Bulan mengulurkan tangannya. Lantas mengangkat si kucing. "Hahahaha... lucu banget!" Tawa Bulan berderai. Oh ayolah, di hadapan Bulan sekarang ada sosok Baskara yang memang sedang menyamar menjadi kucing. Oh, Baskara yang menyebalkan menjelma menjadi kucing lucu. Alangkah baiknya hal itu.
"Diam. Kamu terlalu alay." Si kucing mencakar wajah Bulan. Tidak sakit, namun sukses membuat Bulan melepaskan pegangan dari tubuh si kucing.
Oke, Bulan tarik kata-katanya tadi. Sifat menyebalkan Baskara tetap sama saat jadi kucing maupun tidak.
"Jadi ngapain Kamu di sini? Kangen aku ya? Dan bukannya Kamu harus kerja?" Tanya Bulan.
"Kalau bukan perintah para petinggi semesta, aku nggak sudi repot-repot ketemu Kamu. Pake bentuk kayak gini pula. Mereka meminta laporan pencarian bintang. Gimana?"
Bulan membelalakkan mata. "Hei, ini baru hari ke tiga sejak aku diusir. Aku nggak punya apapun untuk di laporkan."
"Dan juga, aku dan Ivanka bahkan masih dalam tahap awal. Masih harus saling terbuka." Bulan menjelaskan.
Si kucing menatap ke arah dalam restoran. Menatap kepada seoarng gadis di meja kasir—Ivanka. "Ooh.... jadi Ivanka namanya. Ya.. ya.. bersenang-senanglah dengan gadismu. Tapi, tugas tetap prioritas oke?"
"Hm .... Iya tahu. Buruan sana pergi. Ganggu tahu!"
"Ih, main usir ya," kata Baskara kesal, namun tetap berjalan benjauh dengan berlari kecil. "Ah iya. Aku akan meminta hadiah karena aku menang taruhan. Tapi nggak sekarang. Babay Bulan. By the way, sana cari nama. Kecuali Kamu nyaman dipanggil _
Bulan juga nggak apa-apa. Dah...""Cih apa-apaan itu. Lagi pula waktuku masih banyak." batin Bulan lantas kembali fokus dengan buku bacaannya. Dia tidak sadar dari tadi semua mata tertuju padanya. Beberapa menganggap pemuda itu kelainan jiwa namun beberapa yang lain tak peduli. Mungkin maniak kucing.
Peristiwa tadi juga tertangkap di netra Raya. Gadis itu baru turun dari mobil ketika menyaksikan seorang pemuda tampan sedang berbicara dengan seekor kucing di restorannya. Dia termasuk ke semua golongan yaitu menganggap pemuda itu sakit jiwa karena maniak kucing.
Raya bergidik. "Ganteng sih, tapi sakit jiwa." Lantas segera memasuki restoran.
"Van, ada orang aneh di resto tau. Ganteng padahal mah," ucap Raya begitu menemui ivanka.
"Ha? Orang aneh gimana?"
"Masa ngobrol sama kucing."
Ivanka mengernyit. "Udah biasa kan kek gituan."
"Ih harusnya Kamu lihat sendiri sih. Yaudah aku naik dulu. Bye Ivanka!" Restoran ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama dan kedua digunakan sebagai restoran. Sedangkan lantai tiga adalah tempat bersantai para pegawai. Terkadang juga menjadi tempat menginap jika restoran sedang ramai-ramainya dan terpaksa buka 24 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason [End]
FantasyBumi selalu indah. Entah itu di mata para makhluknya ataupun di mata langit sana. Siapapun pasti akan meyakini hal itu, tak terkecuali Bulan. Dia selalu memandang bumi dari atas sana sambil tersenyum dan berangan dapat menginjakkan kaki ke sana. Ent...