Chapter; 11.4 | Palsu

35 5 5
                                    

"Kenapa nanya Mama?"

Sonya menghela napasnya. Sepertinya ia dipaksa menemukan solusinya sendiri.

Padahal seragamnya saja belum di lepas sejak pagi. Tapi ia sudah merebahkan dirinya di kasur dan memberi pertanyaan bertubi-tubi pada ibunya.

"Sekarang gini aja deh, kamu masih mau main sama mereka atau enggak?"

Mata melirik keatas tanda sedang berpikir. Kalau diminta untuk jujur, Sonya sendiri tak ingin menjauh seperti ini.

"Sebenernya masih.. Tapi-"

"Ya baikan aja."

"Ih gak segampang itu loh!"

Sonya kembali ke posisi berdiri. Berjalan kesana-kemari dengan tidak tenang. Terdengar gumaman-gumaman kecil beberapa kali dari mulut Sonya.

Tak ingin mengganggu putri sulungnya, Ibu Sonya kembali melanjutkan pekerjaannya di dapur. Sudah percaya dengan bagaimana sikap anaknya pada masalah yang ia hadapi.

Sesekali Sonya melihat riwayat chat nya dengan Milani. Ada perasaan tak tega karena hanya membaca pesannya tanpa dibalas. Tapi baginya sekarang pun sudah terlambat untuk memperbaiki semuanya.

Wangi masakan semakin menerobos ke indra penciuman. Tubuh Sonya mulai bergerak ke arah makanan berada.

Beberapa makanan mulai tertata di atas meja makan. Adik Sonya yang kini kelas 8 SMP juga langsung tergesa menuruni tangga menghampiri harumnya masakan sang Ibu. Dengan santai Sonya dan adiknya mendudukkan diri di kursi, sambil menunggu Ibunya yang sedang memanggil Ayah dan adik-adik mereka.

"Dek, kamu pernah gak ngerasa kayak gak dianggep sama temen?"

Sania menoleh pelan, memberi raut wajah aneh pada Sonya. Wajahnya seakan berkata bahwa ia tak bisa berkata-kata.

Pertama kalinya Sania mendapat pertanyaan seperti ini dari kakaknya. Ia jadi merasa heran sendiri.

“Temen-temen kakak nge-ghibah tanpa kakak?"

"Hah?"

"Atau kakak yang dighibahin?"

"Engga sih, kayaknya."

"Kakak lagi marahan sama temen-temen kakak?"

"Mungkin iya? Tapi gak juga sih.."

"Sama anak werewolf?"

"Kalo soal itu- Ih! Jawab aja kenapa sih?"

Sania merangkum satu-persatu semua hal yang menurutnya berhubungan dengan hal ini di otaknya.

Pertama, kejadian hari Jum'at dua minggu lalu saat Sonya pulang ke rumah dengan mata merah. Sania sempat berpikir kakaknya mengidap penyakit mata mendadak. Sania terkejut.

Kedua, satu sampai dua hari setelahnya di hari libur Sonya terus menatap layar handphone-nya. Sania mengintip sedikit dan melihat bahwa Sonya sedang membaca riwayat chat dengan teman-temannya, alias anak werewolf.

Ketiga, setahu Sania kakaknya hampir selalu menceritakan hal-hal yang ia lalui bersama teman-temannya di sekolah. Tapi ia tak mendengar itu selama seminggu penuh.

Keempat, sekarang tiba-tiba saja Sonya menanyakan hal tentang pertemanan yang jujur saja tak tahu ingin ia jawab seperti apa.

'Fix, mereka lagi slek.'

"Hmmm.. Aku kasih saran buat kakak, kalo emang kalian lagi marahan coba saling ngomong. Menurutku pasti cuma salah paham aja sih."

"Jadi pertanyaan ku jawabannya apa?"

Werewolf Party (Kalo Sempet)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang