Chapter; 11.1 | Tekad

23 5 0
                                    

"Bisa."

Jawaban positif Milani dapatkan tepat setelah ia menyelesaikan cerita nya. Hal yang mengganggu pikirannya akhirnya ia katakan.

Tak lagi menyembunyikannya dan menganggap diri sendiri bisa menananginya sendiri. Setelah konflik nya bersama Sonya, ia tak ingin melakukan kesalahan yang sama.

Setidaknya untuk sekarang ini, Milani pikir ia harus bisa percaya pada teman-teman yang masih ada disampingnya.

"Berapa sih passing grade SMA 123?"

"36,2."

"....."

"....."

"Gede ya ternyata hehe.. BISA MIL BISA! Eh bisa gak ya?"

Seketika ke-optimis-an hilang, diganti dengan nada tak yakin diujung kalimat. Milani tak bisa menyalahkan Akasia karena mengatakan kalimat terakhir tersebut.

Karena sejak awal semangat Milani memang sudah musnah. Mau di bagaimana-kan juga tak memberi pengaruh apa-apa.

Intinya sudah tak ada secercah harapan di dalam hati Milani walau ia menginginkannya.

"Ah tapi cuma Semarang kan?"

"Cuma."

"Yaa, kalo mau kabur setidaknya gak perlu nyebrang pulau."

"YA JANGAN DI NIATIN KABUR DONG??"

Milani rasanya ingin membenturkan kepalanya ke dinding sekarang juga. Entah keputusan yang benar atau tidak bercerita pada mereka.

Sejak awal Milani sudah siap, sih. Dengan jawaban aneh yang bisa saja muncul.

Apalagi dari Akasia.

Milani sudah berusaha siap untuk menahan emosi. Tapi sepertinya memang sulit. Keberadaan Akasia emang suka menyulut emosi.

"Tapi, Mil.. Kayaknya kamu gak usah terlalu mikirin banget soal itu deh."

"Gimana Mel.. Capek tau, ini gak sekali-dua kali. Selama ini orangtua ku sering banget ngasih keputusan tapi gak pernah ngomong ke aku.."

Hanya bisa memberi semangat dan meminta Milani untuk lebih sabar. Revalina, Melissa, Akasia dan Chelsea juga tak tahu harus bagaimana jika ada di posisi Milani.

Mereka butuh waktu berpikir merangkai kalimat mutiara untuk Milani. Berharap dengan apa yang mereka katakan, bisa membuat Milani tak terlalu larut dalam masalahnya.

"Jadi gini.. Mending ambil positif nya aja. Anggep sebagai motivasi biar kamu belajar terus dapet nem gede dan masuk SMA 123. Berhasil atau enggak nya mah belakangan aja. Yang penting usaha, dan jangan terlalu dipikirin banget." Ucap Akasia.

Patut diapresiasi atas kembalinya sisi normal Akasia. Pertama kalinya bagi Akasia memberi kalimat yang panjang dan 'bener'. Kapan lagi bisa lihat Akasia se-normal ini.

"Betul tuh, Mil. Dengerin Akras." Ucap Chelsea setuju.

Diam sebentar, Akasia melanjutkan bicaranya, "Kalo gagal yaudah gapapa ke Semarang. Yang penting kalo kabur masih gampang."

"Aku tarik kata-kataku barusan. Jangan dengerin Akras."

Mari kita semua tarik kembali apresiasi yang telah diberikan pada Akasia beberapa saat lalu. Ternyata ke-bobrok-an Akasia memang sudah tak tertolong.

Semua orang disana sadar, Akasia berkata seperti itu memang tak bermaksud serius.

Senang sekali membuat suasana serius terselip senda gurau. Tak nyaman kalau harus berada di situasi serius yang berlangsung lama. Katanya sih cuma ingin mencairkan suasana saja. Biar gak terlalu ambil pusing dengan masalah yang ada.

Werewolf Party (Kalo Sempet)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang