Chapter; 10.4 | Keraguan

39 5 0
                                    

_____________

•Revalina•
_____________

"Makasih ya, Mas."

"Iya, Dek."

Revalina menghela napasnya. Walau sudah berada tepat didepan rumah, ia memilih duduk di kursi yang berada didekatnya.

Tak mau cepat-cepat melepas penat di kasur kesayangannya. Entah kenapa perasaan rindu pada kasurnya hilang begitu mudah.

Revalina duduk disana, dihadapan lapangan luas yang sering dijadikan tempat bermain ia dan teman-temannya. Sesi nostalgia dimulai dalam bayangan Revalina. Seakan-akan melihat gambaran teman-temannya berlarian tak beraturan disana.

































"Mau coba main voli deh.."

"Kamu kenapa astaga kok tiba-tiba voli?"

Didalam rumah milik Revalina tujuh orang berpencar disetiap sudut rumah. Di dapur, ruang tamu, teras. Sambil berbincang dengan lawan bicaranya.

Kecuali Marzan. Yang sejak tadi cuma nendang-nendang bola plastik di teras rumah Revalina tanpa seorang pun yang menemaninya.

Setelah mengutarakan keinginannya untuk bermain voli, Akasia bergegas menuju teras. Tak lagi melanjutkan niatnya untuk memasak mie instan bersama sang pemilik rumah.

Sebelum menuju teras, ia berhenti didepan pintu kamar Revalina. Disana ada Sonya dan Milani yang entah melakukan apa. Mereka cuma duduk diam sambil menatap langit-langit kamar Revalina.

"Mil! Voli yuk!"

"Yuk!"

Milani menerima ajakan Akasia tanpa berpikir kembali. Cuma dengan kata 'voli', sudah membuat Milani senang.

Alasannya sama dengan Akasia. Kini mereka sedang 'mabuk' terhadap anime ber-genre sport cabang voli yang baru saja mereka tonton akhir-akhir ini.

Sesampainya di teras Milani menyadari sesuatu.

"Kras mau main voli kan? Bola voli nya mana?"

"Hah? Gak punya."

"Lah..."

Satu kata menunjukkan keheranan pada Milani. Cukup mewakili Marzan yang ikut heran dengan mereka yang ingin main voli tanpa punya bola voli.

Berusaha tak peduli, Marzan kembali menendang bola plastik di kakinya.

"Nah itu!"

"Apaan?"

"Pake bola plastik aja."

Bola plastik dirampas paksa oleh Akasia. Kini kaki Marzan menganggur. Sudah tak punya kerjaan, sehingga ia meminta kembali barang yang barusan dirampas.

"Udah ah! Gak capek apa lu nendang bola terus daritadi?"

"Capek sih."

"Yaudah!"

Milani mengekori Akasia yang membawa bola plastik itu ke lapangan di samping rumah Revalina, diikuti Marzan tentunya. Ia berharap bola plastik nya bisa kembali.

Mengambil posisi, Milani pun menyesuaikan Akasia yang mulai menjaga jarak dengannya. Sambil menunggu kedatangan bola plastik (yang berubah fungsi menjadi bola voli).

Werewolf Party (Kalo Sempet)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang