"Kenapa malah ikan teri sih.."
Kejadian lima belas menit lalu memberi sedikit kekesalan pada hati Sonya. Sekarang ia jadi menaruh dendam pada ikan teri yang telah mengganggu rencananya.
Niat awal ingin memulai pembicaraan dan menyelesaikan masalah, malah terjebak dengan ikan teri laknat. Jangan salahkan Sonya, cukup salahkan ikan teri saja. Karena ikan teri lah Sonya jadi gugup.
Iya.
Sonya gak mau tau.
Pokoknya gara-gara ikan teri.
Saat ini Sonya merasa tak punya muka untuk bertatapan lagi dengan Revalina. Ikan teri membuatnya malu setengah mati.
"Gimana?"
Kepala Sonya menoleh, matanya menangkap pemandangan ibunya yang sedikit menyembulkan kepalanya di pintu dapur.
"Apanya yang gimana?"
"Kamu, sama temen-temenmu. Ada kemajuan?"
Sonya tak mau menjawab.
Apanya yang maju?
Bukannya maju, masalahnya malah semakin berjalan tak punya arah. Rasanya semakin jauh dari kata 'baikan'. Perasaan Sonya kini juga tercampur dengan rasa malu perihal ikan teri.
Lain hal dengan tiga orang yang masih di tempat yang sama. Ruang kelas bekas mereka pakai latihan untuk ujian praktek pementasan drama.
Ketiga orang disana merasa bahwa itu adalah sebuah pencerahan dalam pertikaian ini. Tak langsung pulang setelah tragedi 'ikan teri', Akasia, Revalina dan Fadhlan malah berdiskusi.
"Jelas-jelas ini adalah sebuah kode."
Akasia memulai dahulu pendapatnya. Kejadian ikan teri barusan menurutnya bukan sebuah kesengajaan. Sejauh yang ia ketahui tentang Sonya, pasti ikan teri bukanlah apa yang sebenarnya ingin dikatakan Sonya.
Fadhlan pun merasakan hal yang sama. Berpikir normal saja, untuk apa Sonya se-dramatis itu kalau hanya ingin bicara soal ikan teri.
Ujian prakteknya pun belum akan diadakan dalam waktu dekat. Jadi mengingatkan Revalina untuk membeli ikan teri sekarang jelas-jelas hal yang aneh.
"Pasti Sonya sebenernya mau ngajak baikan, tapi karna udah mikir yang jelek duluan, dia takut. Makanya jadi ngalihin pembicaraan."
"Nah bener itu!"
Revalina hanya bisa berharap yang dikatakan kedua temannya adalah benar.
Ia sulit berpikir positif atas kejadian sebelumnya. Pasalnya ia merasa bahwa Sonya sebenarnya menyimpan kekesalan lebih banyak padanya bila dibandingkan teman-temannya yang lain.
Semenjak menjauh dengan Sonya, Revalina jadi terus memikirkan hal ini. Padahal Ujian Nasional sudah dekat, tapi malah semakin tak bisa fokus.
"Ya.. Semoga bener deh ya."
***
"Ladies and gentlemen! Mari saksikan drama kami yang berjudul.."
"Jreng jreng jreng dung tak tak des!"
"Cintaku Kepentok Meja!"
Milani hanya geleng-geleng kepala mendengar hal itu di perjalanannya menuju kelas IX-4. Ternyata masih ada yang jauh lebih aneh daripada Malyn Kundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf Party (Kalo Sempet)!
Humor"Ayoo woyy lama bener katanya mau maen!" "Bentar bos, jajan dulu kyta." "Kuy gc, keburu dijemput." Kegiatan anak kelas sembilan yang menggabutkan diri bersama sebuah permainan dan sekelompok teman . . . . Hingga lupa waktu tentunya. /hadeh Ide dan k...